Yogyakarta (ANTARA News) - Tim mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan ekstrak pucuk daun beluntas sebagai bahan baku pembuatan deodorant spray antibakteri.
"Pembuatan deodorant spray itu dilakukan dengan cara mencampur ekstrak pucuk daun beluntas (Pluchea indica (L) less) pada berbagai konsentrasi dengan alkohol dan akuades," kata koordinator tim mahasiswa Anita Ekantini di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, dalam daun beluntas terkandung senyawa fitokimia yakni senyawa tanin, fenol, flavonoid, sterol, dan alkaloid yang berpotensi sebagai sumber antioksidan dan antibakteri.
Pembuatan ekstrak pucuk daun beluntas, kata dia, dilakukan dengan cara paling sederhana, yakni menghaluskan pucuk daun beluntas dengan blender kemudian memeras dan menyaringnya.
"Dengan metode itu didapatkan hasil ekstrak pucuk daun beluntas yang berwarna hijau tua. Untuk menghilangkan warna hijau, kami menggunakan norit (arang aktif) sebagai penyerap zat warna," katanya.
Ia mengatakan norit tiga gram dicampurkan dengan ekstrak pucuk daun beluntas sebanyak 100 mililiter. Dari penyampuran itu didapatkan cairan yang berwarna hitam.
"Campuran itu dimasukkan ke dalam botol dan kemudian didiamkan selama 12 jam. Campuran antara ekstrak pucuk daun beluntas dan norit disaring dengan kertas saring," katanya.
Menurut dia, tujuan dari penyaringan itu adalah untuk memisahkan antara norit dengan ekstrak pucuk daun beluntas. Penyaringan itu dilakukan tiga kali untuk mendapatkan ekstrak pucuk daun beluntas yang jernih.
"Setelah didapatkan sari dari pucuk daun beluntas, kemudian dibuat ekstrak dengan berbagai konsentrasi yakni 100 persen, 75 persen, 50 persen, dan 25 persen," katanya.
Ia mengatakan pembuatan varian konsentrasi dari ekstrak pucuk daun beluntas itu dengan cara mengencerkan ekstrak pucuk daun beluntas konsentrasi 100 persen dengan akuades.
"Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri dalam ekstrak pucuk daun beluntas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis diketahui bahwa konsentrasi ekstrak yang paling efektif untuk membunuh bakteri Staphylococcus epidermidis adalah konsentrasi 100 persen," katanya.
Anggota tim mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu adalah Indarti, Sri Kusyani, Chandra Dewi Puspitasari, dan Yuli Subekti.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014