Peringatan dini gelombang tinggi tersebut berlaku sejak hari ini hingga Selasa (21/1)

Cilacap (ANTARA News) - Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Peringatan dini gelombang tinggi tersebut berlaku sejak hari ini hingga Selasa (21/1)," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, di Cilacap, Minggu.

Tinggi gelombang mencapai 2-3,5 meter berpeluang terjadi di wilayah pantai selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta, katanya.

Sementara tinggi gelombang laut yang mencapai 3-5 meter berpeluang terjadi di wilayah Samudra Hindia selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta.

Menurut dia, gelombang tinggi tersebut terjadi akibat adanya daerah pusat tekanan rendah (low pressure) di utara dan barat Australia serta dipengaruhi oleh siklon tropis June yang terjadi di Samudra Pasifik.

"Yang paling dominan pengaruhnya adalah dua low pressure tersebut. Saat ini tekanan udara di pusat low pressure yang berada di utara Australia telah mencapai 992 milibar, sedangkan yang di sebelah barat Australia sebesar 997 milibar," katanya.

Akibat adanya dua daerah tekanan rendah tersebut, kata dia, angin yang bertiup di wilayah selatan ekuator khususnya selatan Jawa mengalami peningkatan, sehingga tinggi gelombang turut meningkat.

Ia memprakirakan kecepatan angin maksimum yang bertiup di atas wilayah pantai selatan Jateng pada tanggal 19-21 Januari mencapai 20 knots, sedangkan di Samudra Hindia mencapai 25 knots.

"Kalau di daratan, kecepatan anginnya diprakirakan berkisar 15-20 knots," kata dia menambahkan.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan peningkatan tinggi gelombang tersebut bukan karena pengaruh angin Muson Barat, melainkan lebih dipengaruhi oleh munculnya daerah pusat tekanan rendah.

Menurut dia, angin Muson Barat merupakan angin yang berhembus secara periodik di wilayah Samudra Hindia pada musim hujan dan biasa disebut oleh nelayan sebagai angin baratan.

Sementara angin Muson Timur terjadi pada musim kemarau dan biasa disebut oleh nelayan sebagai angin timuran.

"Terkait peningkatan tinggi gelombang tersebut, kami mengimbau nelayan untuk berhati-hati selama melaut karena gelombang setinggi 3,5-5 meter dapat terjadi sewaktu-waktu. Selain itu, wisatawan yang berkunjung ke pantai diimbau untuk tidak berenang terutama di wilayah pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas," katanya.

Menurut dia, keberadaan dua daerah pusat tekanan rendah tersebut juga berdampak pada kondisi cuaca di wilayah Jateng bagian selatan yang berpeluang terjadi hujan lebat.

Kendati demikian, dia memprakirakan kondisi tersebut tidak sampai mengakibatkan hujan ekstrem khususnya di wilayah Cilacap.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014