Beijing (ANTARA) - Di tengah cuaca yang gerah, tim-tim pendayung di atas perahu berkepala naga di Provinsi Guangdong, China selatan, melaju membelah air dengan efisien saat peluit berbunyi.
Tabuhan drum bergema di udara dan para penonton terdengar bersorak-sorai di sekitar danau.
Sebanyak tujuh tim berpartisipasi dalam lomba perahu naga ini, sebuah acara untuk merayakan Festival Perahu Naga tradisional China, di Houjie yang terletak di Kota Dongguan.
"Ini merupakan salah satu acara utama tahun ini dan seluruh desa selalu antusias," kata Wang Yingqiu, salah satu pendayung, seraya menambahkan bahwa tim mulai berlatih sekitar satu bulan yang lalu.
Zhang Kai, yang berasal dari Provinsi Shandong di China timur, adalah salah satu dari sekian banyak wisatawan yang melakukan perjalanan ke Houjie untuk menyaksikan perlombaan ini.
"Ini adalah perayaan kekuatan dan persatuan, dan para penonton dapat merasakan ketegangan seperti dalam balapan mobil," ujar Zhang.
Festival Perahu Naga, juga dikenal sebagai Festival Duanwu, biasanya jatuh pada hari kelima di bulan kelima dalam kalender lunar China, yang tahun ini jatuh pada Senin (10/6).
Festival ini memperingati penyair terkenal China, Qu Yuan, yang juga seorang menteri Negara Chu pada Periode Negara-Negara Berperang (475 SM-221 SM).
Qu menenggelamkan diri di Sungai Miluo karena putus asa setelah dituduh berkhianat dan diasingkan karena memberikan nasihat yang bermaksud baik kepada raja.
Menurut legenda, setelah mendengar kabar kematian Qu, penduduk setempat mengarungi sungai dengan perahu untuk mencari jasadnya, sambil melemparkan pangsit beras yang disebut Zongzi, ke dalam sungai agar jasad Qu tidak dimakan ikan. Inilah alasan masyarakat China mengadakan perlombaan perahu naga dan memasak Zongzi untuk disantap selama festival itu.
Di samping beragam tradisi tersebut, banyak orang kini memilih merayakan liburan tiga hari itu dengan gaya modern, mengikuti wisata budaya dan bepergian, melepaskan potensi pasar pariwisata domestik dan internasional.
Administrasi Imigrasi Nasional (National Immigration Administration/NIA) China memproyeksikan lonjakan keluar dan masuk perbatasan sebesar 32,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) selama liburan Festival Perahu Naga.
Sementara otoritas perkeretaapian memperkirakan sekitar 74 juta perjalanan kereta api akan dilakukan di seluruh China mulai Jumat (7/6) hingga Selasa (11/6), hampir 4 juta lebih banyak dari angka yang tercatat untuk liburan yang sama tahun lalu.
Wilayah Zhenyuan di Provinsi Guizhou, China barat daya, diperkirakan akan menerima hingga 200.000 wisatawan selama festival berlangsung.
Selain perlombaan perahu naga tradisional, para wisatawan dapat menikmati pangsit beras gratis dan pertunjukan warisan budaya takbenda.
"Kami menyediakan serangkaian kegiatan seperti persiapan Zongzi, memotong kertas, dan menggantung apsintus, sehingga wisatawan dapat merasakan pengalaman tradisi setempat," ungkap Zhou Changzhi, yang mengelola sebuah penginapan yang sudah penuh dipesan menjelang festival itu.
Wisatawan asing dan seorang gadis China yang mengenakan busana tradisional China berpose untuk berfoto dalam acara Festival Perahu Naga di Shanghai, China timur, pada 9 Juni 2024. (Xinhua/Chen Aiping)
Karyawisata, kegiatan yang memadukan pendidikan dan pariwisata untuk menawarkan kesempatan kepada para pelajar untuk mengikuti pembelajaran berbasis penelitian di luar kelas, juga menjadi pilihan liburan yang populer.
Zhong Ziqing, kepala perusahaan karyawisata di Guiyang, ibu kota Provinsi Guizhou, mengatakan bahwa anak-anak berusia enam tahun ke atas dapat ikut serta dalam perlombaan perahu naga di bawah bimbingan pelatih profesional dan dalam kegiatan lainnya seperti membungkus Zongzi.
"Melalui pengalaman langsung, anak-anak dapat belajar dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya tradisional," kata Zhong.
Data dari Tongcheng Travel menunjukkan bahwa pariwisata China gaya baru dan pengalaman mendalam, seperti kunjungan ke museum dan situs bersejarah atau mengenakan busana tradisional China, Hanfu, menjadi topik yang populer di kalangan anak muda selama festival berlangsung.
Di Xi'an, destinasi wisata populer di Provinsi Shaanxi, China barat laut, sejumlah wisatawan dalam balutan busana Hanfu berhiaskan sulaman rumit terlihat berfoto di depan Menara Lonceng, sebuah landmark penting yang dibangun pada 1384.
Suo Huiqin, yang mengelola pusat perbelanjaan Hanfu di dekatnya, mengatakan bahwa jumlah pelanggan yang berkunjung ke pusat perbelanjaan tersebut tercatat sekitar tiga kali lebih banyak daripada biasanya, dengan konsumsi per kapita mencapai sekitar 200 yuan (1 yuan = Rp2.247).
"Mengenakan Hanfu telah menjadi tren, terutama saat festival-festival tradisional seperti ini," kata Suo.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024