Padang (ANTARA) - Stasiun Klimatologi Kelas II BMKG Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengatakan Sekolah Lapang Iklim menjadi solusi adaptasi terhadap perubahan iklim untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan khususnya di sektor pertanian.
"Sekolah Lapang Iklim ini kita lakukan secara bergilir untuk membantu para petani terutama menghadapi dampak perubahan iklim," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Provinsi Sumbar Heron Tarigan di Padang, Selasa.
Khusus di Ranah Minang, Stasiun Klimatologi Kelas II telah menjalankan Sekolah Lapang Iklim di beberapa lokasi di antaranya Kabupaten Solok, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Payakumbuh, dan Kota Padang.
Baca juga: Sumbar memanfaatkan Sekolah Lapang Iklim tingkatkan produksi petani
Memasuki masa transisi, BMKG mengimbau petani lebih bijak dengan memahami iklim dan cuaca melalui keberadaan Sekolah Lapang Iklim.
Langkah yang dapat dilakukan petani yakni menyimpan pasokan air hujan ke suatu tempat seperti embung dan sejenisnya. Sehingga ketika musim kemarau petani tidak kesulitan mencari sumber air.
BMKG memprediksi musim kemarau di Provinsi Sumbar terjadi pada dasarian 1 Juni 2024 dengan puncaknya Juli 2024. Namun, dalam kurun waktu itu belum semua wilayah terdampak kekeringan.
Baca juga: BMKG gencarkan sekolah lapang iklim ke petani perkuat ketahanan pangan
Sementara itu, Kepala UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Afnelly mengatakan Sekolah Lapang Iklim merupakan strategi untuk mempercepat dan meningkatkan pemahaman mengenai cuaca dan iklim di tingkat petani.
Sekolah Lapang Iklim tidak hanya penting untuk memberikan pemahaman tentang iklim berbasis pembelajaran modul, namun juga bisa dimanfaatkan untuk mengawal pertanian selama satu musim tanam khususnya komoditas padi.
Baca juga: BMKG: Sekolah Lapang Iklim tingkatkan kuantitas produk pertanian
"Jadi, Sekolah Lapang Iklim menjadi solusi adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian guna mengurangi dampak buruk perubahan iklim," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024