Saya yakin jika kedua pihak terus memiliki kemauan, maka kami akan mencapai perdamaian -- sebuah perdamaian yang akan mengubah negara ini."
Bogota (ANTARA News) - Presiden Kolombia Juan Manuel Santos hari Jumat mengungkapkan keyakinan bahwa pemerintahnya bisa mencapai sebuah perjanjian perdamaian dengan pemberontak kiri tahun ini.
Pernyataan itu disampaikannya sehari setelah serangan bom mematikan yang dituduhkan pada gerilyawan FARC, lapor AFP.
"Saya yakin jika kedua pihak terus memiliki kemauan, maka kami akan mencapai perdamaian -- sebuah perdamaian yang akan mengubah negara ini," kata Santos dalam wawancara radio.
Pemimpin Kolombia itu menambahkan, ia optimis perundingan dengan FARC mungkin bisa terselesaikan sebelum pemilihan presiden pada Mei mendatang.
Santos, seorang konservatif, mencalonkan diri lagi untuk mandat empat tahun kedua pada 2014-2018.
Prospek politiknya terkait dengan keberhasilan dalam perundingan itu, yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.
Kamis, serangan bom sepeda-motor yang dituduhkan pada pemberontak FARC menewaskan satu orang dan mencederai sedikitnya 25 lain.
Serangan itu terjadi setelah gencatan senjata sepihak yang dilakukan FARC berakhir pada Selasa tengah malam.
Pemboman itu berlangsung di dekat sebuah kantor pusat pemerintah daerah di kota wilayah barat, Pradera, kata Wali Kota Adolfo Leon kepada stasiun radio RCN, dengan menambahkan bahwa "enam dari 25 korban cedera berada dalam kondisi kritis".
Menurutnya, FARC bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang dilakukan ketika delegasi pemerintah Kolombia dan FARC sedang melakukan pembicaraan di Havana, Kuba.
Perundingan antara kedua pihak dimulai lagi Senin setelah penghentian selama tiga pekan.
Selama lebih dari setahun, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.
Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.
FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.
Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.
Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.
Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.
FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014