Cerita silat Kho Ping Hoo itu memberi pondasi bagi jalan pemikiran, orientasi hidup, dan moralitas kaum intelektual Indonesia."

Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 40 karya ilustrasi dari cerita silat karya pengarang populer yang memiliki rekam jejak panjang di Indonesia, "Kho Ping Hoo" (1926-1994), dipamerkan di Galeri Seni "House of Sampoerna" (HoS) Surabaya, 17 Januari-9 Februari.

"Melalui pameran Ilustrasi Cerita Silat Kho Ping Hoo, masyarakat dapat mengenal lebih dekat sosok Kho Ping Hoo melalui ilustrasi dan karya-karyanya," kata kurator dan koordinator Balai Soedjatmoko, Hari Budiono, di sela-sela persiapan pameran di Galeri HoS, Kamis.

Selain itu, pameran yang digagas "HoS" bersama Balai Soedjatmoko - Bentara Budaya Solo (BBS) itu juga bertujuan mengangkat kembali karya sastra Kho Ping Hoo untuk diperkenalkan kepada generasi muda masa kini.

"Selama periode tahun 1960-1990, karya-karya Kho Ping Hoo, baik berupa cerita silat berlatar belakang China maupun novel sejarah berlatar belakang Indonesia, cukup mendominasi bacaan populer pada masa itu," katanya, didampingi Manajer Museum HoS Rani Anggraini.

Hingga yang tampak kemudian adalah sosok sastrawan yang mengemban misi multikulturalisme. Pemahaman dan penghargaan bagi siapa saja tentang hidup, yang hakikatnya terdiri dari keragaman ras, etnis, dan keunikan kebudayaannya.

"Cerita silat Kho Ping Hoo itu memberi pondasi bagi jalan pemikiran, orientasi hidup, dan moralitas kaum intelektual Indonesia. Salah satu penggemarnya adalah Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang semasa remaja banyak menghabiskan waktu dengan membaca cerita silat Kho Ping Hoo," katanya.

Hal itu diungkapkan Risma pada Rubrik Pesona Harian Kompas, Minggu 8 Desember 2013: "Kenapa senang berimajinasi, mungkin karena saya senang membaca komik. Kho Ping Hoo itu kan imajinatif sekali. Mulai dari bau pohon cemara saja ditulis gimana gitu, membuat saya berimajinasi jauh," katanya.

Tidak hanya Risma, beberapa tokoh penting Indonesia seperti BJ. Habibie dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sastrawan Ashadi Siregar, serta budayawan MH Ainun Najib juga menggemari cerita silat Kho Ping Hoo.

Ke-40 karya yang pernah dibuat oleh dua ilustrator buku Kho Ping Hoo, yakni Yanes dan Win Dwi Laksono, dihadirkan kembali dalam bingkai kanvas.

Yanes melukis ulang beberapa ilustrasi dari buku berjudul "Suling Naga" dan "Pedang Kayu Harum", sedangkan Win menampilkan ilustrasi - ilustrasi dari buku "Bagus Sajiwo", "Kemelut Blambangan", "Kidung Senja di Mataram" serta lima karya hasil tafsir ulang terhadap karya Kho Ping Hoo.

Sejarah mencatat, pengarang cerita silat, Kho Ping Hoo, telah menghasilkan lebih dari 200 judul cerita yang masing-masing judul terdiri dari sekitar 35 jilid.

Beberapa karyanya yang begitu populer antara lain Suling Emas, Istana Pulau Es, Pendekar Bongkok, dan Kisah Sepasang Rajawali dan serial Bu kek Sian-su.

Selain cerita silat, pengarang yang bernama lengkap Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo ini juga menulis sejumlah roman, cerita detektif, dan novel bertema sejarah Indonesia, sehingga pembaca buku Kho Ping Hoo tidak terbatas pada kalangan etnis Tionghoa saja, tetapi juga dari berbagai lapisan masyarakat lainnya.

(E011/Z002)

Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014