Norwich, Inggris (ANTARA News) - Berbagai penyakit yang biasanya tak terlihat di Eropa sekarang mulai muncul akibat perubahan iklim dunia, kata seorang ilmuwan Senin.
Profesor Paul Hunter, dari University of East Anglia di Inggris, mengatakan pada suatu taklimat sains di Inggris bahwa cuaca yang tak menentu dan akan mengakibatkan banjir serta kemarau juga akan dapat mengakibatkan perubahan kasus penyakit menular.
"Sudah ada petunjuk penting mengenai beban penyakit yang terjadi di Eropa akibat perubahan iklim," katanya pada konferensi tersebut, seperti dilansir Reuters.
Penyakit yang disebut "Vibrio vulnificus", yang disebabkan oleh organisme laut terutama di negara-neara Teluk Amerika Serikat, telah dilaporkan menyerang tiga orang yang sedang berenang di Laut Baltik.
Satu kematian juga terjadi di Denmark, kata Hunter.
Penyakit itu, yang dapat menyerang jika orang makan kerang atau berenang di perairan yang mengandung virus sedangkan ia memiliki luka, mengakibatkan infeksi kulit dan gejala lain serta dapat mengakibatkan kematian.
Organisme tersebut biasanya hidup di perairan dengan 20 derajat Celsius atau lebih tinggi.
Banyak orang di pantai Italia juga telah tertular oleh organisme yang disebut "Osteopsis ovata", yang telah dapat memperluas habitatnya akibat air laut yang bertambah hangat.
"Lebih dari 100 orang yang berlibur telah dilaporkan dibawa ke rumah sakit dengan bermacam gejala penyakit, termasuk diare, gangguan kulit dan alergi," kata Hunter pada konferensi Festival Sains Perhimpunan bagi Memajukan Ilmu Inggris (BA).
Demam "Congo Crimea Harmorrhage" juga telah mengakibatkan masalah dalam beberapa tahun belakangan ini di berbagai daerah tempat penyakit itu sebelumnya tak pernah menyerang.
"pemikirannya ialah itu bukan disebabkan oleh musim panas yang lebih hangat tapi karena musim dingin tak sedingin biasanya," kata Hunter.
Penyakit yang menular melalui kuman mengakibatkan pendarahan pada kulit, mulut dan hidung.
"Sudah ada tanda yang sangat jelas bahwa penyakit menular berubah akibat perubahan iklim," katanya.
Sebelumnya Frances Cairncross, pemimpin Dewan Penelitian Sosial dan Ekonomi di Inggris, pada suatu taklimat menyatakan semua negara mesti mempersiapkan kebijakan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan serta berbagai upaya untuk mengurangi dampaknya.
"Kebijakan menyesuaikan diri sejauh ini telah kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kelonggaran, dan itu keliru," katanya.
Cairncross menambahkan kebijakan penyesuaian diri akan memiliki manfaat lebih besar dibandingkan dengan upaya perlunakan karena semua itu takkan melibatkan perundingan internasional yang rumit dan dapat dilakukan pada tingkat nasional bahkan lokal.
Ia juga menyarankan semua pemerintah mesti ikut-campur dalam membujuk rakyat untuk menggunakan teknologi yang ramah-iklim dan akan mengurangi buangan gas rumah kaca.
Setiap upaya untuk melakukan kelonggaran atau penyesuaian diri dengan perubahan iklim akan jauh lebih mudah untuk diterapkan jika masyarakat percaya semua itu perlu, sehingga Cairncross berpendapat semua pemerintah harus menemukan cara guna mempengaruhi pendapat masyarakat. (*)
Copyright © ANTARA 2006