Havana (ANTARA News) - Pemberontak Kolombia FARC hari Rabu menyatakan telah melaksanakan gencatan senjata sepihak 30 hari dan menepis spekulasi bahwa mereka akan memperpanjang penghentian permusuhan sampai setelah pemilihan umum mendatang.
Gencatan senjata sebulan untuk musim liburan akhir tahun itu dimulai pada 15 Desember dan berakhir Selasa tengah malam, lapor AFP.
"Saat terakhir gencatan senjata telah tiba," kata Pablo Catabumbo, salah satu utusan pemberontak dalam perundingan perdamaian dengan pemerintah Kolombia di Havana, Kuba.
"Beberapa sumber berspekulasi bahwa FARC telah memutuskan memperpanjang gencatan senjata sampai pemilihan umum," yang akan diadakan pada Maret untuk parlemen dan Mei untuk presiden, kata Catabumbo.
Namun, ia mengatakan bahwa itu tidak benar.
Selasa merupakan akhir dari gencatan senjata sepihak kedua FARC selama berlangsungnya perundingan. Pemerintah Kolombia dua kali menolak penghentian permusuhan di pihak mereka ketika perundingan dilakukan untuk mengakhiri konflik bersenjata setengah abad.
Gencatan senjata FARC sebelumnya, yang berlangsung 60 hari, dimulai sehari setelah perundingan perdamaian dimulai di Havana pada 19 November 2012.
Delegasi pemerintah, yang dipimpin mantan Wakil Presiden Humberto de la Calle, tidak berkomentar mengenai berakhirnya gencatan senjata FARC.
Perundingan antara kedua pihak dimulai lagi Senin setelah penghentian selama tiga pekan.
Selama setahun terakhir, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.
Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.
FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.
Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.
Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.
Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.
FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014