Sekretaris Daerah Papua Barat Daya Jhony Way mengatakan Raja Ampat dapat menjadi kawasan wisata favorit seperti Bali atau Labuan Bajo yang selalu dipadati turis dari berbagai belahan dunia.
"Kita harus menghargai turis yang datang dengan menjaga laut, sebab kalau laut ini rusak berarti turis tidak datang lagi," ujarnya saat ditemui di Sorong, Kamis.
Jhony menuturkan bila turis tidak datang akibat laut rusak, maka artinya ekonomi bisa macet dan justru merugikan masyarakat lokal itu sendiri.
Saat ini Pemerintah Papua Barat Daya sedang menyiapkan regulasi untuk melindungi kawasan konservasi laut dari berbagai ancaman aktivitas yang bisa merusak ekosistem terumbu karang.
"Kami sudah bikin kelompok kerja untuk segera menyusun regulasi untuk pengolahan mooring system sekaligus regulasi untuk masyarakat yang ada di sekitar sana supaya masyarakat terlibat," kata Johny.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa regulasi-regulasi yang nanti terbitkan tidak akan mempersulit masyarakat dan juga tidak akan mempersulit pemerintah.
Salah satu regulasi yang sedang dibuat adalah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) untuk ruang laut yang ditargetkan rampung pada tahun ini.
Dokumen RZWP3K itu kelak ada unit bernama Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang bertugas mengelola kawasan konservasi. Semua kapal pariwisata yang lego jangkar di Raja Ampat maupun kawasan konservasi lain di Papua Barat Daya akan ditarik retribusi.
Dana retribusi itu nantinya akan digunakan untuk menjalankan berbagai kegiatan masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi laut agar masyarakat bisa ikut mengawasi kegiatan pariwisata di wilayah tersebut.
"Sebab kami pemerintah tidak bisa kalau tidak melibatkan masyarakat setempat," pungkas Johny.
Baca juga: Raja Ampat raih penghargaan dari media global pariwisata AS
Baca juga: UNESCO Global Geopark apresiasi destinasi wisata Raja Ampat
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024