Beijing (ANTARA) - "Saya tidak pernah menyangka bahwa selain mata saya yang terselamatkan, saya juga bisa terus menyelamatkan nyawa di ruang operasi," kata seorang ahli anestesi bermarga Cheng di Kota Chongqing. Ketika didiagnosis menderita melanoma okular, dia sempat khawatir akan kehilangan matanya.
Pengangkatan bola mata merupakan metode umum untuk mengobati tumor intraokular. Namun, Wei Wenbin dari Rumah Sakit Tongren Beijing mendobrak tradisi enukleasi untuk tumor intraokular ganas dengan memelopori eksisi parsial dan radioterapi di negara tersebut.
Ketika Wei memberi tahunya bahwa nyawa dan matanya dapat diselamatkan, Cheng menyadari bahwa nasibnya dapat diubah.
Rumah Sakit Tongren Beijing telah membuat serangkaian terobosan dalam beberapa tahun terakhir.
Terobosan-terobosan itu meliputi penyediaan pengobatan yang lebih mudah dan dapat diterapkan secara lebih luas untuk melanoma okular dan dukungan untuk pendirian pusat diagnosis dan pengobatan penyakit mata menular di Beijing untuk menangani penyakit mata pada pasien yang menderita penyakit lever (hati), HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya. Rumah sakit itu juga memelopori pendirian platform diagnosis dan pengobatan untuk tumor intraokular dan pusat skrining untuk tumor mata pada anak.
Terobosan-terobosan ini mewakili upaya China dalam mencegah dan mengobati kebutaan dalam skala yang lebih besar.
Sejak tahun 1980-an, China terus mengimplementasikan rencana untuk pencegahan dan pengobatan kebutaan.
Pada 2014, China berhasil memberantas trakoma yang mengakibatkan kebutaan, yang dahulu merupakan penyebab utama kebutaan di negara itu. Setelah berusaha selama bertahun-tahun, sejumlah lembaga medis di China berhasil mencapai level yang sama dengan negara-negara maju dalam hal operasi katarak untuk pemulihan penglihatan.
Hingga akhir 2020, China telah mencapai prevalensi spesifik usia terstandardisasi untuk kebutaan yang lebih rendah dari rata-rata global dan berhasil membuat kemajuan signifikan dalam memberantas kebutaan yang dapat dicegah.
Namun, China masih menjadi salah satu negara yang mencatat pasien penderita kebutaan dan gangguan penglihatan dengan angka tertinggi. Masalah distribusi sumber daya medis berkualitas yang tidak memadai dan tidak merata di sektor oftalmologi belum teratasi.
Xu Xun, direktur Pusat Penelitian Klinis Nasional untuk Penyakit Mata, menyoroti perubahan spektrum penyakit mata di China.
Terjadi peningkatan dalam hal keparahan masalah mata yang disebabkan oleh penyakit metabolik seperti degenerasi makula yang berkaitan dengan usia, retinopati diabetik, dan retinopati hipertensi, papar Xu.
Pada 2022, penyakit fundus retina dimasukkan sebagai penyakit fokus utama dalam rencana kesehatan mata nasional untuk pertama kalinya. Xu menekankan bahwa fokus yang komprehensif dan sistematis pada penyakit fundus retina memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik dan meningkatkan kapasitas China untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut.
Saat ini, jumlah pasien penyakit fundus retina di China diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta, sementara negara tersebut hanya memiliki sekitar 5.000 dokter spesialis untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Meskipun jumlah absolut dokter spesialis untuk penyakit fundus retina tidak sedikit, jumlah tersebut masih relatif kecil dibanding meningkatnya permintaan dari pasien, kata Xu.
Untuk mengatasi masalah itu, Pusat Penelitian Klinis Nasional untuk Penyakit Mata dan asosiasi-asosiasi terkait telah menetapkan proses diagnosis dan pengobatan penyakit fundus retina yang terstandardisasi serta model manajemen ilmiah untuk penyakit retina kronis di lebih dari 1.000 institusi medis di seluruh negeri.
"Kita perlu terus mendukung inovasi terkait model manajemen diagnosis dan pengobatan penyakit fundus retina, melakukan skrining dini secara tepat, dan menyempurnakan manajemen penyakit komprehensif," papar Xu.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024