Pemberian tali asih yang dilakukan di Gubernuran Jalan Sudirman Medan, Senin, nilainya bervariasi. Untuk peraih medali emas, perak dan perunggu perorangan masing-masing mendapat Rp25 juta, Rp15 juta dan Rp10 juta.
Sedangkan bagi penyumbang medali emas, perak dan perunggu beregu masing-masing Rp 15 juta, Rp 7,5 juta dan Rp 5 juta, demikian juga untuk pelatih, bervariasi antara Rp 5 juta hingga Rp 7,5 juta.
Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho dalam kesempatan itu mengaku bangga atlet dan pelatih asal daerah itu mampu menyumbangkan sumbangsih bagi bangsa dan negara, meski Pemprov Sumut belum mampu mengalokasikan pengadaan sarana dan prasarana olahraga seperti yang diharapkan.
"Prestasi yang ditorehkan para atlet jelas merupakan kebanggaan bagi kami. Apalagi kalian adalah asli putra putri Sumut." katanya.
Pada kesempatan itu ia juga meminta para atlet dan pelatih untuk tidak melihat nilai tali asih yang diberikan, namun jadikan hal itu sebagai motivasi untuk lebih berprestasi lagi nantinya.
"Ini sebagai bentuk kepedulian, apresiasi dan rasa bangga kami terhadap kalian putra-putri Sumatera Utara yang memberi sumbangsih bagi bangsa dan negara," ujarnya.
Ia berharap, para atlet tidak merasa puas, namun harus lebih giat berlatih atau membekali diri sehingga meraih prestasi lebih tinggi.
"Kami berharap kalian dan atlet Sumut lainnya lolos seleksi dan bisa berprestasi di Asian Games Korsel November 2014," harap Gatot.
Gubernur juga mengajak seluruh elemen masyarakat mencontoh dan menjadikan semangat serta filosofi olahraga menjadi nafas dalam kehidupan sehari-hari, apalagi di tahun 2014 yang disebut-sebut banyak orang sebagai tahun politik.
Menurut dia, olahraga merupakan bahasa universal, karena melalui olahraga semua kebekuan bisa mencair dan mengajarkan senantiasa berlaku dan bersikap sportif serta meninggalkan warisan yang sangat besar nilainya yakni persahabatan.
"Kita berharap, kalaupun tahun 2014 ini menjadi tahun politik, tapi para politikus dan semua pihak juga bisa bersikap seperti para olahragawan. Jual beli pukulan di ring tinju, tapi setelah gong berbunyi nuansa persaingan pun berakhir dan berganti menjadi saling rangkul, karena kita semua adalah bersaudara," katanya.
(KR-JRD/I007)
Pewarta: Juraidi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014