Kao mengatakan bahwa persaingan negara-negara besar merupakan salah satu tantangan yang dihadapi ASEAN, saat berbiaca pada diskusi bertema “ASEAN pada tahun 2025: Mencerminkan Masa Lalu, Membentuk Masa Depan” dalam kerangka Meja Bundar Asia-Pasifik di Malaysia.
Ia juga mengatakan, memastikan adanya identitas ASEAN di kalangan generasi muda merupakan tantangan lain bagi kawasan tersebut.
Baca juga: Sekretariat ASEAN tekankan pentingnya adaptasi cara kerja dengan AI
Sependapat dengan Kao, Prof Dewi Fortuna Anwar, Ketua Dewan Direksi Habibie Centre Indonesia, mengatakan ketika negara-negara besar bersikap baik satu sama lain, ASEAN dapat berfungsi dengan baik.
Tetapi ketika mereka bersaing, kelompok negara-negara tersebut akan terhimpit.
Soal isu Myanmar, Dewi mengatakan harus ada utusan khusus ASEAN untuk Myanmar yang memiliki waktu dan kemampuan untuk mengetahui apa yang terjadi di lapangan, dan mendapatkan kepercayaan dari berbagai pemangku kepentingan, sehingga akan ada kejelasan dukungan untuk Myanmar.
Baca juga: China bicarakan isu regional dengan negara ASEAN dan mitranya di Laos
Dewi juga berpendapat harus ada tanggapan yang terkoordinasi, dan ia berharap akan ada kemajuan positif yang penting di masa mendatang ketika Myanmar menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2025.
Pertemuan Meja Bundar Asia-Pasifik, yang diadakan setiap tahun oleh Institute of Strategic & International Studies (ISIS) Malaysia, membahas isu-isu utama yang berdampak pada Asia-Pasifik.
Sumber:VNA-OANA
Penerjemah: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024