Hangzhou (ANTARA) - Seorang warga bermarga Wang dari Hangzhou, yang menginap di sebuah homestay di Baofu, wilayah Anji, Provinsi Zhejiang, China timur, merasa senang saat mengetahui bahwa produk dan peralatan mandi yang digunakan setiap hari terbuat dari bambu.
"Anji, yang terkenal sebagai 'wilayah bambu' di China, menawarkan produk-produk yang bukan hanya buatan lokal, tetapi juga ramah lingkungan ini," kata Wang.
Wilayah Anji, dengan cakupan hutan bambu yang luasnya mencapai lebih dari 1 juta mu (sekitar 66.667 hektare), telah menjadi pelopor dalam mengintegrasikan bambu ke dalam berbagai sektor seperti konstruksi, dekorasi, mebel, pengemasan, tekstil, dan produk sekali pakai di seluruh China.
Wilayah itu menjadi yang terdepan dalam mempromosikan bambu sebagai alternatif pengganti plastik dalam beberapa tahun terakhir.
"Bambu, sebagai salah satu tanaman yang tumbuh paling cepat dengan kemampuan penyerapan karbon yang luar biasa, merupakan bahan ideal untuk praktik-praktik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Diperkirakan bahwa penggunaan 100 juta ton bambu untuk menggantikan produk PVC berpotensi mengurangi emisi karbon dioksida sekitar 600 juta ton," jelas Chen Jie, Direktur Pusat Pengembangan Industri Bambu di bawah biro kehutanan wilayah tersebut, seraya menyoroti pentingnya inisiatif "bambu sebagai pengganti plastik".
Sebuah laporan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada 2022 memproyeksikan bahwa per 2060 nanti, produksi global tahunan produk plastik berpotensi meningkat menjadi sekitar 1,2 miliar ton, hampir tiga kali lipat dari level saat ini.
Studi itu memperingatkan bahwa jika tingkat daur ulang tidak membaik, volume sampah plastik juga dapat meningkat hampir tiga kali lipat pada saat itu.
Para pakar menganjurkan "bambu sebagai pengganti plastik" sebagai strategi yang efektif untuk mengurangi penggunaan plastik dan polusi di sumbernya. Data menunjukkan bahwa pada 2021, luas hutan bambu di China mencapai sekitar 7,56 juta hektare, mencakup 3,31 persen dari total luas hutannya.
Dengan lebih dari 10.000 perusahaan pengolahan bambu, nilai output industri bambu di China mengalami peningkatan yang luar biasa dari 82 miliar yuan (1 yuan = Rp2.250) pada 2010 menjadi 415,3 miliar yuan pada 2022, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata lebih dari 30 persen.
Pada November 2023, pemerintah China, bekerja sama dengan Organisasi Bambu dan Rotan Internasional, meluncurkan Rencana Aksi Global untuk Bambu sebagai Pengganti Plastik (2023-2030). Inisiatif tersebut menyerukan agar organisasi internasional, departemen pemerintah, serta lembaga penelitian dan pendidikan di seluruh dunia untuk bersama-sama mengurangi pencemaran plastik.
Untuk lebih mengendalikan polusi plastik di seluruh rantai, otoritas China pada Desember 2023 merumuskan rencana aksi tiga tahun yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan "bambu sebagai pengganti plastik".
Rencana itu menetapkan tujuan yang ambisius, yaitu membangun sebuah sistem industri dan membuat pengaturan yang lebih terperinci untuk meningkatkan kualitas, variasi, skala, dan manfaat keseluruhan produk bambu pada 2025.
Wilayah Anji telah menetapkan contoh dengan meningkatkan peralatan makan berbahan bambu menjadi lebih dari 6.000 set, yang mencakup hampir 300 hotel dengan tingkat cakupan 100 persen, yang menghasilkan pengurangan kumulatif lebih dari 3,5 juta set barang jadi plastik sekali pakai.
Provinsi Jiangxi telah menetapkan target bagi industri bambunya untuk mencapai nilai output komprehensif sebesar 100 miliar yuan pada 2025, dengan luas area hutan bambu stabil di angka 16 juta mu (sekitar 1 juta hektare).
Provinsi Fujian menargetkan untuk menstabilkan luas area hutan bambunya di angka 18,19 juta mu (sekitar 1,2 juta hektare) pada 2025, membangun 5.000 kilometer jalan pegunungan bambu, dan mencapai total nilai output sebesar 120 miliar yuan untuk industri bambu, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata lebih dari 10 persen.
"'Bambu sebagai pengganti plastik' merupakan industri emerging. Meskipun saat ini skala industrinya masih kecil, hasil produksinya rendah, biayanya tinggi, serta teknologi dan peralatannya relatif ketinggalan zaman, potensi sejati bambu sebagai pengganti plastik terletak pada upaya untuk mempromosikan nilai tambah yang tinggi melalui kemajuan teknologi," ujar Wang Yixiang, profesor di Universitas Pertanian dan Kehutanan Zhejiang.
Wang yakin bahwa memajukan inisiatif tersebut akan menjadi cara yang efektif dalam mengendalikan polusi plastik di China dan diperkirakan dapat menawarkan solusi untuk pengelolaan polusi plastik global.
Pewarta: Xinhua
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2024