Indonesia kini akan melakukan reindustrialisasi. Hal tersebut menjadi dasar rencana perkembangan ekonomi Indonesia dalam lima sampai sepuluh tahun ke depanJakarta (ANTARA) - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan perbaikan secara menyeluruh dan komprehensif dalam proses industri atau reindustrialisasi, bisa lebih memacu kontribusi sektor pengolahan (manufaktur) terhadap perekonomian Indonesia.
Staf Khusus Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM M. Pradana Indraputra dalam keterangannya di Jakarta, Rabu mengatakan, pada dasarnya reindustrialisasi bisa mengoptimalkan kembali proses industri dalam negeri. Itu karena dari proses tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksi, penciptaan lapangan kerja, inovasi, serta penggunaan sumber daya yang optimal.
"Indonesia kini akan melakukan reindustrialisasi. Hal tersebut menjadi dasar rencana perkembangan ekonomi Indonesia dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan,” katanya.
Ia menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki empat komoditas yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan industri hilir, yaitu nikel, bauksit, timah, dan tembaga.
Menurut dia, dengan melakukan pengoptimalan industrialisasi, sumber daya alam yang dimiliki Indonesia turut dapat melengkapi kebutuhan transisi energi dunia. Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, cadangan timah terbesar ke-2, cadangan bauksit terbesar ke-6, dan cadangan tembaga terbesar ke-7 di dunia.
Ia menyampaikan mengenai prospek hilirisasi bauksit, Pemerintah Indonesia memiliki empat prioritas dalam industri hilir bauksit dan aluminium, yakni panel surya, komponen otomotif, kemasan makanan, serta bahan bangunan, dengan potensi investasi di sektor tersebut mencapai 48,89 miliar dolar AS.
“Mengenai arah kebijakan pemerintah, ada dua strategi yang dapat dilakukan. Pertama adalah pengembangan industri hilir, khususnya bauksit, dalam bentuk substitusi impor. Kedua adalah penguatan industri dalam negeri,” kata dia.
Ia mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya akan terus memberikan insentif fiskal dalam bentuk tax holiday, tax allowance, import duty exemption, dan super tax deduction kepada industri yang berkontribusi terhadap hilirisasi di Indonesia.
Sebelumnya Kementerian Perindustrian mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Mei 2024 yang berada di level 52,1 telah membukukan performa ekspansif selama 33 bulan beruntun, serta melampaui PMI manufaktur Amerika Serikat dan China yang masing-masing 50,9 dan 51,7.
Meski PMI manufaktur Indonesia tetap dalam skema ekspansif, namun capaian kinerja manufaktur pada bulan ini mengalami sedikit penurunan yang awalnya di level 52,9 turun menjadi 52,1.
Kemenperin beralasan penurunan indeks tersebut karena adanya aktivitas produksi yang menurun akibat pesanan dari luar negeri yang anjlok, dan kekhawatiran pengurangan pesanan dalam negeri pada waktu mendatang.
Baca juga: Menperin tegaskan Indonesia tidak alami deindustrialisasi
Baca juga: Bappenas: Reindustrialisasi jadi kunci penting transformasi ekonomi RI
Baca juga: CORE: Manufaktur penting didorong untuk capai pertumbuhan ekonomi 2022
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024