Phnom Penh (ANTARA) - Tim arkeolog mulai merestorasi fondasi yang lapuk pada menara kelima kuil Bakong di Taman Arkeologi Angkor yang terkenal di Kamboja, ungkap Otoritas Nasional APSARA (Apsara National Authority/ANA) dalam sebuah rilis pers pada Selasa (4/6).
Restorasi menara kelima kuil Bakong di Taman Arkeologi Angkor yang rusak akibat usia, cuaca, dan akar pohon, dengan tujuan memperkuat strukturnya dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Saray Kim Huol, arkeolog sekaligus kepala situs konservasi Rolous ANA, menyampaikan bahwa kondisi menara kelima kuil Bakong telah lapuk, terutama dinding menara, dari fondasinya hingga bagian atas.
"Mengingat adanya risiko yang menimbulkan bahaya, ANA memutuskan untuk merestorasi dan memperkuat struktur menara kelima kuil Bakong dengan memperkokoh struktur bata dan dinding menara serta menambal celah-celah di dinding tersebut untuk mencegah rembesan air," ujarnya.
Kim Huol menuturkan bahwa menara kelima kuil Bakong rusak akibat usia, cuaca, dan akar pohon yang menjalar di menaranya.
Dibangun pada akhir abad kesembilan oleh Raja Indravarman I, kuil Bakong, yang terbuat dari batu pasir dan laterit, merupakan kuil gunung besar pertama yang dibangun di Taman Arkeologi Angkor.
Terletak di Provinsi Siem Reap, Kamboja barat laut, Taman Arkeologi Angkor yang memiliki luas 401 kilometer persegi serta masuk dalam Daftar Warisan Dunia Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 1992, merupakan destinasi wisata paling populer di negara kerajaan tersebut.
Di kompleks Angkor terdapat 91 kuil kuno yang dibangun dari abad kesembilan hingga abad ke-13.
Taman itu menarik 472.258 wisatawan mancanegara dalam lima bulan pertama 2024, naik 37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), menurut sebuah laporan dari Angkor Enterprise, perusahaan milik pemerintah Kamboja.
Taman itu meraup pendapatan sebesar 22,2 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.220) dari penjualan tiket selama periode Januari-Mei 2024, naik 38 persen (yoy), imbuh laporan tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2024