"Persaingan, terutama dengan model harga yang lebih murah (dari China), akan mempercepat kemajuan kami dalam mencapai target kami," kata Michael Schumann dalam sebuah wawancara dengan Xinhua.
Dia menekankan bahwa pihaknya telah lama menentang pengimplementasian tarif, langkah-langkah hukuman, dan kebijakan proteksionis, khususnya yang terkait e-mobilitas.
Dia menggarisbawahi kemajuan Jerman yang lambat dalam transisi menuju e-mobilitas, mengutip minimnya mobil di jalanan dan dominasi kendaraan listrik yang mahal sebagai tantangan utama.
"Persaingan, terutama dengan model harga yang lebih murah (dari China), akan mempercepat kemajuan kami dalam mencapai target kami," kata Schumann, seraya berpendapat bahwa persaingan semacam itu akan menguntungkan industri otomotif dan konsumen, mengurangi emisi karbon, dan memfasilitasi transisi menuju kendaraan listrik.
Schumann meyakini bahwa Jerman harus belajar dari keberhasilan kendaraan listrik China, dan kedua pihak harus memperkuat kerja sama di bidang ini.
"Kami akan mengatakan, dan kami sangat konsisten dalam berargumentasi, bahwa Kendaraan Listrik China dapat menguntungkan bagi Eropa. Mobil-mobil tersebut tentu dapat bermanfaat untuk transisi menuju e-mobilitas di Jerman," ujarnya.
Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi, Schumann menegaskan kembali komitmen Jerman terhadap perdagangan bebas, keseimbangan, dan praktik perdagangan yang adil.
Dia menekankan pentingnya mempertahankan sikap terbuka dan mendorong komunikasi serta kerja sama antara China dan Jerman untuk mencapai manfaat bersama dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Menurut dia, dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Jerman di China di antara perusahaan-perusahaan Jerman tentang prospek masa depan mereka, mayoritas responden percaya bahwa dalam lima tahun ke depan, mereka akan memiliki masa depan yang cerah dan makmur dalam industri tersebut.
Schumann menambahkan bahwa lebih dari separuh dari perusahaan yang disurvei berencana untuk memperluas investasi mereka di China.
Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2024