Ramadi, Irak (ANTARA News) - Bentrokan sengit berlanjut antara pasukan keamanan Irak, yang didukung suku Sunni, dan gerilyawan Al Qaida di kota besar utama dan sekitarnya di Provinsi Anbar, Irak Barat, kata satu sumber polisi, Jumat (10/1).

Beberapa pria bersenjata menyerang posisi militer Irak di satu jalan raya yang berada tepat di sebelah timur Kota Fallujah, sekitar 50 kilometer di sebelah barat Ibu Kota Irak, Baghdad. Serangan itu memicu bentrokan sengit, kata satu sumber polisi provinsi yang tak ingin disebutkan jatidirinya kepada Xinhua.

Tak ada laporan mengenai korban jiwa sebab pertempuran masih berlangsung, kata sumber tersebut.

Di dekat Fallujah, seorang warga sipil tewas dan lima lagi cedera akibat serangan bom mortir di Kota Kecil Garma, sekitar 10 kilometer di sebelah timur Fallujah, kata sumber itu.

Sementara itu, beberapa pria bersenjata --yang diduga sebagai anggota Al Qaida-- meledakkan dua jembatan menuju Fallujah, satu menghubungkan Garma dengan Fallujah dan satu lagi berada di sebelah barat-laut Fallujah, tambah sumber tersebut.

Di Fallujah, kehidupan berjalan normal saat banyak masjid membuka pintu untuk memungkinkan warga menunaikan Shalat Jumat, setelah satu tahun penutupan akibat protes anti-pemerintah yang dilancarkan oleh anggota masyarakat Arab Sunni.

Mereka menuduh Pemerintah Irak, pimpinan kaum Syiah menyisihkan mereka dan pasukan keamanan --yang juga didominasi pemeluk Syiah-- secara membabi-buta menangkap, menyiksa serta membunuh putra mereka.

Masih di provinsi tersebut, bentrokan sengit berkecamuk di Ibu Kota Anbar, Ramadi, sekitar 110 kilometer di sebelah barat Baghdad, sejak Kamis larut malam (9/1), ketika anggota suku dengan dukungan prajurit militer dan tank menyerang anggota Al Qaida yang menempatkan diri di rumah yang ditinggalkan penghuninya, kata sumber itu.

Pertempuran pada Jumat di Ramadi Timur mengakibatkan tewaskan dua warga sipil dan tujuh orang cedera, tambah sumber tersebut tanpa memberi perincian lebih lanjut.

Provinsi Anbar telah menjadi ajang bentrokan sengit yang berkecamuk setelah polisi Irak melucuti lokasi protes anti-pemerintah di luar Ramadi pada penghujung Desember tahun lalu.

Irak menyaksikan kerusuhan terburuknya dalam beberapa tahun belakangan. Menurut Misi bantuan PBB untuk Irak, sebanyak 8.868 orang Irak, termasuk 7.818 warga sipil dan personel polisi sipil, tewas pada 2013, yang merupakan jumlah korban jiwa paling banyak selama bertahun-tahun.

(C003)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014