"Hal ini penting diberikan di wilayah atau daerah yang rawan bencana, misalnya di Kabupaten Luwu yang menempati posisi pertama kategori rawan bencana," kata Ilham di Makassar, Senin.
Dia mengatakan, selama ini mitigasi bencana belum menjadi perhatian utama di lokasi-lokasi rawan bencana. Padahal itu penting untuk mengantisipasi bencana dan sekaligus menjadi kesiapsiagaan ketika terjadi bencana.
Sebagai gambaran, pada saat terjadi gempa, disarankan mencari benda-benda yang dapat menjadi tempat berlindung yang aman.
Baca juga: Unhas Makassar peringkat enam penelitian BIMA Kemendikbudristek
Baca juga: Unhas: Indeks Risiko Bencana tertinggi Sulsel ada di Kabupaten Luwu
Berdasarkan hasil survei kaji cepat wilayah rawan bencana di Sulsel diketahui, Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tertinggi di Kabupaten Luwu, menyusul Kota Palopo. Kabupaten Pangkep, Sinjai, Bone, Wajo, Bulukumba, Luwu Timur, Jeneponto dan Tana Toraja.
Ilham mengatakan selain pentingnya mitigasi dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dasar dan lanjutan, juga pemerintah kabupaten/kota perlu memiliki perda dan RPJM tentang mitigasi bencana.
Dia mengatakan dari 24 kabupaten/kota di Sulsel, baru sekitar 70 persen yang memiliki arah kebijakan yang dituangkan dalam RPJM dan RPJP terkait mitigasi bencana.
"Bahkan ditemukan, daerah di Sulsel yang sama sekali belum pernah membuat draf penanganan bencana, karena itu kami memberikan pendampingan dalam penyusunan RPJM," kata Ilham.*
Baca juga: Netmonk Prime Telkom jadi solusi Unhas atasi masalah jaringan
Baca juga: Australia siapkan 20 program beasiswa untuk Indonesia Timur di 2024
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024