Untuk pengamanan VVIP, kita akan gelar pasukan dalam radius sekian meter

Jakarta (ANTARA News) - Penumpang penerbangan komersial yang melalui Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, harus siap menghadapi expected delay atau penundaan penerbangan dadakan apabila ada misi militer udara spesial atau perjalanan kepala negara sebagaimana fungsi awal Bandara Halim sebagai civil enclave airport atau bandar udara sipil dalam kawasan militer.

"Expected delay seperti itu pasti ada karena sekali lagi, di sini adalah bandar udara di daerah militer. Yang penting adalah, pelanggan sudah diberitahu sebelumnya," kata Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono usai acara peresmian penerbangan perdana maskapai Citilink di Bandara Halim Perdanakusuma, Jumat.

Bambang menjelaskan Bandara Halim sejatinya memang dirancang sebagai bandara militer Indonesia sehingga tetap memiliki kekhususan sendiri meskipun saat ini sudah dibuka untuk penerbangan komersial terjadwal.

Sejumlah penerbangan penting spesial tersebut antara lain untuk perjalanan kepala negara, perjalanan very very important person (VVIP), dan tamu negara. Sebagai pemilik bandara, TNI Angkatan Udara juga berhak meminta jatah penggunaan bandara untuk kepentingan latihan militer, misi militer udara spesial, atau pengiriman bila terjadi bencana alam besar.

"Tentu schedule (jadwal) kita atur sebaik mungkin," tambah Bambang.

Menurut Kepala Dinas Operasi Letkol Penerbang Muhammad Iman, Bandara Halim hampir setiap hari melayani penerbangan VVIP. Namun ia menekankan expected delay diutamakan untuk perjalanan Presiden, Wakil Presiden, dan kepala negara dari negara lain.

"Kalau ada expected delay akan diumumkan sebelumnya (tidak mendadak) dari jam sekian sampai jam sekian sehingga pesawat yang akan masuk Halim akan mengejar jadi landing-nya setelah selesai. Mungkin kalau kepala negara baru mendadak bisa sehari sebelumnya," jelasnya.

Kekhususan lain, lanjut Iman, adalah pengamanan terkait penerbangan spesial tersebut.

"Untuk pengamanan VVIP, kita akan gelar pasukan dalam radius sekian meter," ujar Iman.

Iman menambahkan Bandara Halim hanya memiliki satu landasan pacu tanpa jalur pemberangkatan yang paralel sehingga antisipasi yang dilakukan dengan membatasi pergerakan penerbangan.

Bandara Halim secara resmi dibuka untuk penerbangan komersial terjadwal dengan penerbangan perdana dari maskapai Citilink sejak 10 Januari 2014. Citilink melayani 16 rute penerbangan untuk empat kota setiap hari dengan pergerakan empat penerbangan pukul 06.00-12.00 WIB, enam penerbangan 12.00-18.00 WIB, empat penerbangan 18.00-24.00 WIB, enam penerbangan 24.00-06.00 WIB.

Selanjutnya, maskapai yang akan menyusul Citilink pada bulan Maret adalah Garuda dan Air Asia. Pengalihan penerbangan dari Bandara Soekarno Hatt ke Halim ini merupakan upaya jangka pendek untuk mengatasi kepadatan arus lalu lintas penerbangan di Bandara Soetta. Nantinya, terdapat 126 penerbangan yang akan dialihkan di Bandara Halim secara bertahap.

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014