Yinchuan (ANTARA) - Zhang Hong'en mengemas satu koper bibit rumput dari daerah Ningxia, China dan melakukan perjalanan ribuan mil ke Mauritania di Afrika Barat untuk menanam bibit tersebut.

Hanya dalam 50 hari, "rumput ajaib" itu tumbuh setinggi orang dewasa, dengan setiap pemotongan bibit dibagi menjadi sekitar 12 anakan rumput. Tiga bulan kemudian, tinggi tanaman mencapai 4 meter, menyediakan pakan berlimpah bagi hewan ternak setempat.

Dijuluki sebagai "rumput kebahagiaan" oleh banyak negara, rumput raksasa Juncao dari China merupakan tanaman pakan dengan hasil panen yang tinggi dan berpotensi mendiversifikasi pola makan hewan ternak.

"Menanam rumput ini di Mauritania pasti akan menguntungkan para petani dan penggembala," kata Zhang, selaku direktur di pusat percontohan teknologi peternakan di Mauritania.

Pada konferensi tingkat menteri ke-10 Forum Kerja Sama China-Negara-negara Arab yang digelar di Beijing pada Kamis (30/5), China mengumumkan bahwa mereka bersama dengan pihak Arab akan membangun 10 laboratorium di berbagai bidang, seperti bidang kehidupan dan kesehatan, AI, pembangunan ramah lingkungan dan rendah karbon, pertanian modern, misi antariksa, serta teknologi informasi.

Sebagai bagian dari upaya China untuk meningkatkan kerja sama pertanian dengan negara-negara Arab, Kementerian Perdagangan China dan pemerintah daerah Ningxia mendirikan pusat percontohan pada 2015 guna memberikan panduan teknis mengenai peternakan sapi perah, serta produksi dan pengolahan pakan ternak di Mauritania.

Luas perkebunan Juncao di pusat tersebut mencapai 0,2 hektare dan akan diperluas menjadi 6,7 hektare pada akhir tahun ini.

"Pusat percontohan kami akan menjadi basis pembibitan Juncao, menyediakan bibit bagi Mauritania secara nasional dan membantu petani mendapatkan lebih banyak pakan ternak," tutur Zhang.

Peternakan merupakan salah satu industri pilar di Mauritania yang terletak di tepi selatan Gurun Sahara di Afrika.

Selama satu dekade, pusat tersebut tidak hanya mengubah hampir 67 hektare lahan di pusat percontohan menjadi sebuah oasis, tetapi juga menghijaukan lebih banyak wilayah di Mauritania..

Berdasarkan kesuksesan pusat tersebut, Mauritania mencatat semakin banyak partisipasi perusahaan China dalam memperbaiki lahan, yang memperdalam kerja sama bilateral di berbagai sektor, seperti perikanan, energi, perdagangan, dan pertanian.

Pada akhir 2023, China menerapkan kebijakan tarif nol pada 98 persen produk kena pajak dari enam negara kurang berkembang (least-developed countries/LDC), termasuk Mauritania, sehingga menciptakan lebih banyak peluang bisnis.

Membidik sumber daya kelautan dan peternakan Mauritania yang kaya dan unik serta kebijakan tarif nol yang menguntungkan, Mao Guohua dari Ningxia berencana membangun pabrik pengolahan daging unta, daging sapi, daging kambing, dan produk laut. Produk olahan siap saji tersebut akan diekspor ke China untuk dijual.

"Saya berkunjung ke Mauritania pada April dan saya cukup yakin dengan prospek proyek tersebut," ujar Mao.

Penulis Xinhua Lyu Qiuping, Ai Fumei (Staf magang Li Jiexia berkontribusi pada artikel ini)

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2024