Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Marie Pangestu menegaskan beras impor tidak akan masuk pasar bebas jika tidak diperlukan, karena tujuan impor beras hanya untuk memperkuat persediaan atau cadangan beras pemerintah. "Cadangan beras pemerintah dikelola Bulog dan digunakan untuk menanggulangi keadaan darurat seperti kekeringan dan bencana alam serta untuk operasi pasar," katanya usai bertemu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Sabtu. Ia menyebutkan jumlah beras impor kurang dari satu persen dari total produksi beras nasional. "Sehingga keberadaan beras impor sama sekali tidak mempengaruhi pasar dalam negeri dan tidak mempengaruhi pula harga beras di pasaran," kata dia. Dikatakannya, beras impor akan keluar apabila ada daerah yang dilanda bencana maupun kekurangan beras sehingga membutuhkan pasokan. "Itu pun pengirimannya sesuai permintaan," katanya. Sedangkan beras impor untuk keperluan operasi pasar, pengirimannya didasarkan atas permintaan daerah yang bersangkutan. "Artinya, beras impor keluar dengan syarat-syarat tertentu, karena merupakan bagian dari cadangan beras pemerintah," kata dia. Menteri Marie Pangestu juga mengatakan beras impor seluruhnya sekitar 210.000 ton, sedangkan total produksi beras di dalam negeri sekitar 34 juta ton. Sementara itu, Gubernur DIY Sultan HB X mengatakan di DIY persediaan beras mencukupi, sehingga tidak membutuhkan beras dari luar. Menurut dia, sebenarnya masalahnya bukan perlu impor atau tidak, tetapi butuh atau tidak."Misalnya kalau di DIY kebutuhannya 500.000 ton, sementara produksi beras di provinsi ini 600.000 ton, berati surplus, sehingga tidak memerlukan beras dari luar," katanya. Karena itu, kata Sultan, bukan hanya beras impor, beras dari luar DIY saja sulit masuk ke DIY. Mengenai kekhawatiran petani harga beras akan jatuh akibat beras impor, ia mengatakan sebenarnya tidak begitu alasanya, karena beras impor biasanya langsung dikirim ke daerah yang membutuhkan, sehingga tidak mungkin masuk ke daerah yang persediaan berasnya mencukupi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006