Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetya Adi memastikan program bantuan pangan berupa beras untuk sekitar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) terus berlanjut meski tak genap 12 bulan pada tahun ini.
"Bantuan pangan itu gini poinnya, itu harus ada untuk masyarakat yang memang pada waktunya sangat memerlukan. Jangan sampai 22 juta keluarga ini, harga bergerak naik, tapi nggak bisa kami bantu," kata Kepala Bapanas Arief Prasetya Adi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Baca juga: Bapanas sebut realisasi Program SPHP hingga Mei capai 729 ribu ton
Bapanas bersama Badan Urusan Logistik (Bulog) berkomitmen menjaga persediaan minimal 1 juta ton beras hingga akhir 2024 di berbagai tantangan iklim demi menjamin pasokan pangan nasional.
"Kalau stok harus ada. Mau El Nino, La Nina, mau ada apapun, Bulog harus ada stok. Mau ada bantuan, tak ada bantuan, stok harus penuh. Kami ada 1,8 juta ton hari ini," katanya.
Ia mengatakan Bulog ditugaskan Bapanas untuk menjamin stok beras cadangan pemerintah secara berkelanjutan di atas 1 juta ton agar kebutuhan pangan masyarakat tidak terdampak inflasi.
Persediaan beras itu, kata Arief, juga diperuntukkan bagi 22 juta KPM penerima bantuan 10 kg beras per bulan, yang semula bakal berakhir pada Juni 2024.
Baca juga: Bapanas serahkan bantuan beras 10 kg ke seribu KPM di Dumai
Baca juga: Bapanas: Penguatan stok CBP dari produksi dalam negeri atensi utama
"Bantuan pangan ini akan dilanjutkan, cuma berapa kalinya kan nggak penuh. Tahun lalu kan tidak 12 bulan juga," katanya.
Pasokan persediaan beras nasional, kata Arief, diperoleh dari hasil panen serta komitmen importasi sebanyak 3,6 juta ton di tahun ini.
"Stok hari ini 1,8 juta ton, kemudian kita punya importasi 3,6 juta. Coba hitung, 3,6 juta ton itu kan belum penuh. Importasi itu sesuatu yang harus dilakukan kalau produksi dalam negeri itu terbatas," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024