Manado (ANTARA News) - Hujan deras yang mengguyur Kota Manado selama 12 jam, menyebabkan sebagian wilayah terendam air setinggi 50-100 centimeter.

"Di lingkungan kami, air naik setinggi 50 sampai 100 centimeter, sedangkan lainnya sekitar 90 centimeter saja," kata Iwan Mangaronda (27) warga Kelurahan Mahawu, Tuminting Jumat pagi.

Iwan mengatakan air mulai naik sejak pukul 03.00 Wita, sehingga mereka tak bisa tidur karena khawatir akan makin tinggi, jadi bersiaga terus sambil memindahkan barang-barang ke lokasi yang lebih aman.

"Sedangkan warga yang bermukim di wilayah lebih rendah dimana air naik sampai 100 centimeter atau satu meter sudah mengungsi sementara ke rumah keluarga di wilayah yang lebih tinggi di atas Mahawu," kata Iwan.

Selain di wilayah Mahawu, di sekitar jembatan Simponi Kelurahan Tuminting, air naik setinggi 50 centimeter dan sehingga susah dilewati, karena sudah bisa membahayakan warga yang lewat.

Salah satu pemuka agama di kawasan perumahan Rindu Segar Alam Yanti Marentek (37) mengatakan air memang sudah naik di jembatan sehingga agak susah dilewati karena air naik tinggi.

"Tetapi masih ada kendaraan yang lewat walaupun memang tidak banyak karena air yang sudah di atas jembatan," katanya.

Sementara itu, Pemerintah Manado mengimbau warga yang tinggal di wilayah rawan supaya pindah sementara waktu, karena hujan dan angin bisa menyebabkan terjadinya bahaya bagi masyarakat.

"Jangan tunggu sampai air naik, segera pindah dari lokasi berbahaya supaya tidak ada korban jiwa gara-gara tanah longsor dan banjir, karena hujan dan angin kencang yang terus terjadi," kata Wakil Wali Kota Harley Mangindaan.

Iapun minta supaya para camat dan lurah serta kepala lingkungan yang berada di wilayah masing tetap siaga dan memperhatikan keadaan warganya jangan sampai ada jatuh korban baru bertindak.

Hujan yang mengguyur Manado menyebabkan banjir di sejumlah wilayah seperti Tuminting, Paal Dua, Malalayang, Wanea dan Tikala yang memang rawan banjir dan tanah longsor. (*)

Pewarta: Joyce Bukarakombang
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014