Bila banjir terkait dengan dampak luapan sungai maka akan dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO). Mengenai usulan penetapan SK Bupati untuk penerapan siaga darurat bencana, sampai hari ini masih proses di Bagian Hukum

Kulon Progo (ANTARA News) - Puluhan rumah warga di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah ini pada Rabu malam menyebakan Sungai Haisero meluap.

Adapun daerah yang terendam banjir yakni Desa Jatirejo dan Wahyuharjo Kecamatan Lendah, Desa Tirtorahayu Kecamatan Galur, dan Desa Gotakan Kecamatan Panjatan.

Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Untung Waluyo, Kamis, mengatakan atas kejadian banjir ini diharapkan pemerintah desa menyampaikan laporan ke BPBD untuk dilakukan upaya tindak lanjut.

"Bila banjir terkait dengan dampak luapan sungai maka akan dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO). Mengenai usulan penetapan SK Bupati untuk penerapan siaga darurat bencana, sampai hari ini masih proses di Bagian Hukum Setda," kata Untung.

Ia mengatakan, banjir ini merupakan kejadian kedua dalam sebulan terakhir, setelah sebelumnya juga terjadi pada 20 Desember 2013.

Konidisi banjir paling parah kali ini terjadi di Pedukuhan I Kemendung, Desa Gotakan, Panjatan. Selain menggenangi rumah warga, air juga menggenangi halaman Polsek dan Koramil setempat.

Salah satu warga, Adam Sumarno (50) mengatakan setidaknya ada 20 rumah warga di Pedukuhan Kemendung yang terendam hingga air masuk dalam rumah.

"Ada sekitar 20 rumah yang terkena banjir, ketinggian air di dalam rumah ada yang sampai sekitar 25 centimeter, setinggi betis orang dewasa," kata Adam

Menurut Adam, seringnya terjadi banjir di wilayah Desa Gotakan karena luapan Sungai Haisero. Kondisi ini rutin terjadi setiap tahun saat musim penghujan, sehingga perlu penanganan serius dari Pemkab Kulon Progo, Balai Besar Wilayah Sungai, serta BNPB dan BPBD.

"Harusnya ini diprioritaskan oleh Pemkab dan Balai Besar. Jelas ini Sungai Haisero perlu dikeruk karena endapannya sudah banyak, terakhir dikeruk 15 tahun lalu. Banjir ini rutin terjadi, seumur saya 50 tahun selalu banjir setiap tahun," katanya.

Selain menggenangi rumah warga, lanjut dia, banjir juga menggenangi lahan sawah, mengakibatkan gagal tanam untuk tanaman padi seluas sekitar 40 hektare.

"Akibat banjir 20 Desember lalu para petani harus menanam ulang benih padi, namun kini sudah kebanjiran lagi. Akibat banjir ini seluas 40 hektare gagal ditanaminpadi. Kondisi ini sdah parah, petani udah lelah," katanya.(*)

Pewarta: Sutarmi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014