Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Impor beras sebesar 210 ribu ton antara lain ditujukan untuk mengurangi beban warga miskin yang selama ini terkena kesulitan akibat harga beras yang cenderung meningkat.
"Tujuan dilakukan impor antara lain untuk mengurangi beban warga miskin yang keberatan akibat lonjakan harga beras di dalam negeri yang cukup tinggi," kata Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng, kepada pers, di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Hal tersebut dikemukakan usai menghadiri pembukaan "The Global Intermedia Dialogue" yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menlu Kerajaan Norwegia Jonas Gahr Store.
Menurut Andy, harga beras di dalam negeri yang cenderung naik menyebabkan warga miskin baru akibat harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli beras.
"Beras adalah komponen penting bagi masyarakat Indonesia sehingga dalam kondisi apapun warga harus membelinya," katanya.
Ia mengatakan, keputusan melakukan impor juga dilakukan mengingat stok beras yang dikuasi Perum Bulog kurang dari satu juta ton yang merupakan jumlah aman untuk stok di dalam negeri.
"Stok beras di Bulog jumlahnya kurang dari satu juta ton. Padahal untuk mengamankan ketahanan pangan di dalam negeri harus ada stok minimal satu juta ton," katanya.
Andi menambahkan, rencana impor beras yang akan dilakukan tersebut tidak akan mempengaruhi beras petani di dalam negeri sehingga petani tidak akan mengalami kerugian akibat impor.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006