Manila, Filipina (ANTARA) - Presiden Filipina Ferdinand R. Marcos Junior menegaskan pembunuhan seorang warga Filipina di Laut Filipina Barat (WPS) di tengah meningkatnya ketegangan, akan sangat dekat dengan "tindakan perang."

Dalam sesi tanya jawab Dialog Shangri-La Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) ke-21 di Singapura pada Jumat (31/5), Marcos mengatakan Pemerintah Filipina akan melakukan tindakan jika ketegangan di perairan yang disengketakan dan tindakan agresif China, seperti penggunaan meriam air, mengakibatkan kematian warga Filipina.

Marcos menegaskan jika ada insiden yang berakhir dengan kematian seorang prajurit Filipina, baik itu Penjaga Pantai atau di militer dan bagian dari Angkatan Laut, maupun warga negara Filipina dengan sengaja, tentu akan meningkatkan respon.

"Jika seorang warga negara Filipina terbunuh karena tindakan yang disengaja, saya pikir itu sangat-sangat dekat dengan apa yang kami definisikan sebagai tindakan perang dan oleh karena itu, kami akan merespon dengan tepat,” kata dia.

Marcos melontarkan pernyataan tersebut ketika ditanya tindakan apa yang akan memicu Pemerintah Filipina untuk menerapkan Perjanjian Pertahanan Bersama dengan Amerika Serikat, yang telah berusia puluhan tahun.

Dia menegaskan bahwa insiden seperti itu akan meningkatkan tingkat respons tidak hanya dari Pemerintah Filipina, tetapi juga dari mitra perjanjian mereka.

“Kita sudah mengalami kerusakan, namun puji Tuhan belum sampai ada satupun orang kami, baik warga sipil maupun lainnya, yang tewas,” kata Presiden.

Marcos mengatakan jika pihaknya sudah berada pada keputusan tersebut, maka tidak ada pikiran lain untuk mengubahnya kembali.

Sumber: PNA-OANA
Baca juga: Arab Saudi pancung dua warga Mesir karena bunuh orang Filipina
Baca juga: Basarnas evakuasi WN Filipina yang tewas akibat kecelakaan di kapal

Penerjemah: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024