Jakarta (ANTARA) - Sastrawan sekaligus Anggota Tim Kurator Sastra Masuk Kurikulum, Okky Madasari memastikan pilihan buku sastra yang akan digunakan sebagai bahan ajar telah menyesuaikan dan mematuhi kriteria Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

"Pemilihan buku untuk setiap jenjang itu selalu patuh pada indikator untuk memenuhi kriteria P5, itu berlaku di setiap jenjang, baik SD, SMP, maupun SMA, dan ketika diterapkan, tentu caranya akan lain, pemenuhannya akan berbeda di setiap jenjang," ujar Okky dalam temu media bersama Kemendikbudristek di Jakarta, Jumat.

Okky menyampaikan hal tersebut merespons beberapa buku rekomendasi yang ramai dipersoalkan oleh berbagai pihak, salah satunya karena mengandung konten-konten seksual.

Baca juga: Kemendikbudristek: Panduan ajar sastra beri peringatan konten sensitif

Menurutnya, konten-konten tersebut perlu dibaca secara utuh, karena jika dibaca hanya per baris atau kalimat, tidak bisa mewakili makna buku secara keseluruhan.

"Ketika ada satu buku, misalnya ada yang mempersoalkan karya-karya Saras Dewi, itu kan cara seorang penyair untuk menganalogikan bahwa alam itu kekasih kita, jadi dia memeluk teluk seperti memeluk tubuh seseorang, itu sebuah buku yang berbicara tentang ekologi, lingkungan," katanya.

Buku-buku semacam itu, lanjut dia, direkomendasikan, karena tim kurator ingin mendekatkan dan menyadarkan para siswa tentang pentingnya melestarikan lingkungan.

"Termasuk juga buku karya Faisal Oddang yang juga dipersoalkan, latar belakangnya adat Toraja di Sulawesi, itu kan jelas memperkenalkan keberagaman adat-istiadat di Indonesia, yang bisa memperkuat eksposur pelajar bahwa ada suku, kebudayaan atau bangsa yang seperti itu," ucapnya.

Menurutnya, dalam membaca karya sastra, perlu pemahaman secara utuh dan tidak terbatas pada kutipan-kutipan yang hanya terdiri dari satu atau dua baris.

"Ketika kita hanya mempersoalkan satu atau dua baris, kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pesan utama dan hal besar yang justru diharapkan dapat tercapai lewat buku itu," tuturnya.

Baca juga: Okky Madasari: Kurasi buku sastra dalam kurikulum sesuaikan jenjang

Baca juga: Sastra masuk kurikulum untuk perkaya pengetahuan budaya


Sementara itu, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo menjelaskan bahwa buku panduan sastra masuk kurikulum yang sebelumnya menuai polemik karena kesalahan data atau memuat konten-konten sensitif akan diterbitkan kembali dengan melibatkan editor yang profesional dan independen.

"Untuk merevisi buku panduan, kita melibatkan editor yang profesional dan independen. Nanti kita publikasikan secara daring, ada proses pemeriksaan yang jauh lebih ketat, dan terkait pilihan karya, kita menginventarisasi semua masukan dari masyarakat, kita diskusikan dengan sesama kurator," katanya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024