Washington (ANTARA) - Wakil Direktur Pelaksana Pertama Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath mengatakan kecerdasan buatan (AI) dapat menimbulkan risiko terhadap lapangan kerja yang lebih luas selama krisis ekonomi global berikutnya dibandingkan pada masa lalu.
“Dalam krisis berikutnya, AI kemungkinan mengancam hilangnya lebih banyak pekerjaan dibandingkan masa sebelumnya, termasuk pekerjaan dengan keterampilan kognitif yang lebih tinggi. Diperkirakan 30 persen pekerjaan di negara-negara maju berisiko digantikan oleh AI,” kata Gopinath dalam KTT AI untuk Kebaikan Global di Swiss.
Gopinath mengatakan negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah mungkin kehilangan hingga 20 persen pekerjaan yang ada, yang merupakan tingkat kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan dialami dunia.
"Hal itu juga akan menyebabkan jumlah pengangguran jangka panjang yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena banyak dari pekerja yang kehilangan pekerjaan tersebut tidak memiliki keterampilan yang diperlukan dalam perekonomian di mana AI semakin lazim,” ujar Gopinath.
Untuk menghindari perkembangan semacam itu, dunia harus memastikan sistem perpajakan tidak lebih mengutamakan otomatisasi dibandingkan manusia, katanya.
Gopinath juga mendesak pemerintahan untuk mengambil langkah yang membantu masyarakat menghadapi dampak penggunaan AI.
“Untuk melindungi pekerja dari gangguan pasar tenaga kerja akibat AI, dibutuhkan Investasi yang lebih besar dalam pendidikan dan pelatihan,” ungkap Gopinath.
Para pembuat kebijakan harus mengadopsi langkah-langkah untuk mengurangi resiko tekanan keuangan dan rantai pasokan, tambah Gopinath.
Sumber: Sputnik
Baca juga: ILO: AI kemungkinan tak akan hancurkan sebagian besar pekerjaan
Baca juga: LinkedIn sebut 65 persen keterampilan kerja berubah di 2030 karena AI
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024