Permintaan energi terus meningkat di Asia Tenggara seiring dengan bertumbuhnya ekonomi, tetapi meningkatkan produksi gas bukan solusi jangka panjangJakarta (ANTARA) - Laporan Global Energy Monitor (GEM) mengungkapkan Asia Tenggara mampu memenuhi pertumbuhan energi lewat energi terbarukan dengan harga kompetitif serta emisi karbon yang rendah.
Adapun rata-rata biaya pembangkitan listrik (levelized cost of electricity/LCOE) energi surya di Asia Tenggara saat ini berkisar 70-95 dolar AS/megawatt hour (MWh) dan energi angin 105-135 dolar AS/MWh, dibandingkan gas 80-125 dolar AS/MWh.
“Permintaan energi terus meningkat di seluruh wilayah Asia Tenggara seiring dengan bertumbuhnya ekonomi, tetapi meningkatkan produksi gas bukan solusi jangka panjang. Memenuhi kebutuhan dengan energi terbarukan yang lebih hemat biaya, akan mengamankan wilayah Asia Tenggara dari harga gas yang tidak stabil, dan merupakan jalur yang lebih hijau ke depannya,” kata Project Manager for Asia Gas Tracker Global Energy Monitor (GEM) Warda Ajaz sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Pihaknya mengusulkan agar negara-negara di Kawasan Asia Tenggara dapat mengembangkan energi hijau secara masif seperti energi surya dan angin, pasalnya dua sumber energi itu diproyeksikan mampu menjadi energi yang lebih terjangkau pada masa mendatang.
Baca juga: TBS Energi fasilitasi irigasi dari energi terbarukan di Pulau Semau
Baca juga: Namasindo Plas gunakan energi surya produksi botol PET daur ulang
Pihaknya mengusulkan agar negara-negara di Kawasan Asia Tenggara dapat mengembangkan energi hijau secara masif seperti energi surya dan angin, pasalnya dua sumber energi itu diproyeksikan mampu menjadi energi yang lebih terjangkau pada masa mendatang.
Baca juga: TBS Energi fasilitasi irigasi dari energi terbarukan di Pulau Semau
Baca juga: Namasindo Plas gunakan energi surya produksi botol PET daur ulang
Berdasarkan laporan tersebut, pengembangan energi surya dan angin di Asia Tenggara, jika berhasil dibangun maka diproyeksikan mampu menghasilkan listrik sebesar 450 terawatt hour (TWh) per tahun.
Jumlah itu setara 2/3 proyeksi permintaan listrik di wilayah ini pada 2030. Selain itu, GEM menegaskan pengembangan energi terbarukan domestik yang dilengkapi baterai penyimpanan energi bisa menjadi alternatif bagi negara Asia Tenggara untuk terbebas dari tekanan pergerakan harga gas di pasar global.
Baca juga: Pemerintah Federal Jerman dukung Indonesia perluas energi terbarukan
Baca juga: Menteri ESDM sebut gas bumi jadi solusi penyediaan energi bersih
Baca juga: Pemerintah Federal Jerman dukung Indonesia perluas energi terbarukan
Baca juga: Menteri ESDM sebut gas bumi jadi solusi penyediaan energi bersih
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024