Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan sebanyak 295 objek cagar budaya sejak tahun 1993 hingga 2024 yang tersebar di seluruh kota administrasi dan Kabupaten Kepulauan Seribu.
Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Konservasi Cagar Budaya (PKCB) Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Norviadi Setio Husodo dalam seminar daring bertema "Cagar Budaya di Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Pahami Agar Tetap Lestari" yang diadakan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta, Kamis.
"Kriteria berdasarkan SK Nomor 475 Tahun 1993, setelah itu ada penetapan yang terpisah berdasarkan keputusan gubernur sejak 2015 sampai 2024 itu lebih aktif untuk penetapan sehingga saat ini Jakarta memiliki cagar budaya dengan total 295 objek cagar budaya," kata Norviadi.
Berdasarkan persebaran di wilayah kota administrasi di Jakarta, objek cagar budaya terbanyak berada di Jakarta Barat (Jakbar) dengan total sebanyak 127. Lalu di Jakarta Pusat (Jakpus) sebanyak 107 cagar budaya.
Sedangkan di Jakarta Timur (Jaktim) sebanyak 28 cagar budaya, di Jakarta Utara ada 18 dan Jakarta Selatan (Jaksel) sebanyak 13 cagar budaya.
Baca juga: DKI lakukan penggalian arkeologi dukung cagar budaya Pulau Onrust
Selain itu, ada satu kawasan yang ditetapkan sebagai cagar budaya di Kepulauan Seribu dan Kawasan Cagar Budaya Kota Tua yang berada di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
"Kawasan Kota Tua atau kawasan cagar budaya yang berada di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Jadi, Kota Tua ini memang sebagian wilayahnya seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, itu Jakarta Utara, namun untuk wilayah Taman Fatahillah masuk wilayah Jakarta Barat," kata Norviadi.
Lalu, di antara objek cagar budaya yang sudah ditetapkan ini, salah satunya golok Cakung sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 91 Tahun 2022 tentang Penetapan Golok Cakung I-VII sebagai benda cagar budaya.
Merujuk PKCB, golok ini merupakan salah satu benda bersejarah yang dimiliki masyarakat Betawi, dengan ciri khas mencolok, yakni kandungan meteor pada bagian bilah.
Selain itu, bagian depan ke bawah bilahnya tampak meruncing sehingga menambah nilai estetisnya. Gagang golok Cakung berasal dari tanduk binatang serta sarungnya terbuat dari kayu Nagasari.
Golok Cakung menjadi senjata dan pelengkap yang merupakan ciri khas main pukulan Cakung aliran silat Cakung yang disebut juga dengan aliran "Maen Pukulan Deprok".
Baca juga: PT MRT Jakarta temukan cagar budaya pada pembangunan MRT fase 2
Saat ini, golok Cakung I berada di Sanggar Seni dan Budaya Betawi Cakung, Jakarta Timur. Sementara golok Cakung II-VII berada di Sanggar Bedok Latih dan dilestarikan sehingga bisa dimanfaatkan pada acara seni budaya Betawi.
Adapun cagar budaya merupakan warisan budaya bersifat kebendaan berupa cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan atau air yang perlu dilestarikan keberadaannya.
Hal itu karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayaan melalui penetapan.
Ini merujuk pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Setidaknya ada empat hal yang menjadi kriteria cagar budaya, yakni berusia 50 tahun atau lebih dan mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun.
Selain itu, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan atau kebudayaan serta memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta fokus angkat cagar budaya Taman Benyamin Sueb
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024