Aden (ANTARA News) - Orang-orang suku di provinsi bergolak Hadramawt di Yaman meledakkan sebuah pipa minyak utama sebagai pembalasan atas pembunuhan salah seorang anggota mereka oleh militer, kata beberapa pejabat keamanan dan industri, Senin.

Hadramawt dilanda protes menentang pemerintah sejak 20 Desember setelah militer membunuh ketua suku setempat Said Ben Habrish dan pengawal-pengawalnya di sebuah pos pemeriksaan, lapor AFP.

Ketegangan meningkat lagi Minggu ketika seorang anggota suku tewas dalam sebuah insiden di pos pemeriksaan militer.

"Orang-orang bersenjata pada tengah malam meledakkan pipa saluran yang menghubungkan ladang minyak Masila dengan pelabuhan Al-Daba" di kota Shahr di Teluk Aden, kata seorang pejabat keamanan setempat kepada AFP.

Sejumlah saksi melaporkan melihat kobaran api dari lokasi serangan, dan seorang pejabat industri mengatakan, aliran minyak mentah di sepanjang pipa itu terhenti.

Ahmad Bamaezz, seorang ketua suku di daerah tersebut, mengatakan, pemuda dari sebuah suku di Hadramawt melancarkan serangan tersebut karena marah atas pembunuhan seorang anggota suku mereka di pos pemeriksaan militer pada Minggu.

Pipa yang sama diserang pada 28 Desember. Pipa itu biasanya mengalirkan sekitar 120.000 barel minyak per hari.

Orang-orang suku berulang kali menyerang pipa minyak untuk menekan pemerintah pusat di Sanaa agar memenuhi tuntutan mereka seperti pekerjaan, sengketa tanah atau pembebasan rekan-rekan mereka yang ditahan.

Pada Desember 2012, militer meluncurkan ofensif terhadap orang-orang suku yang dituduh mendalangi serangan-serangan itu, menyulut bentrokan yang menewaskan 17 orang.

Serangan-serangan pada pipa minyak juga dituduhkan pada gerilyawan Al Qaida dan semakin sering terjadi setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014