Quatro-deficits tidak terjadi dalam satu dua hari. Karenanya pemimpin terpilih nanti harus merupakan bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah."

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Indonesia yang terpilih pada Pilpres 2014 harus bisa menyelamatkan ekonomi nasional yang kini berada dalam kondisi lampu kuning, kata ekonom senior Rizal Ramli.

"Presiden mendatang harus bisa menyelesaikan masalah makro ekonomi dan bisa mengatasi quatro-deficits," katanya ketika menjadi pembicara dalam Seminar "2014 Indonesia Harus Berbuat Apa?" di Kampus Politeknik Negeri Malang, Jatim, Senin.

Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Senin, Rizal mengatakan "quatro-deficits" adalah defisit neraca perdagangan sebesar 6 miliar dolar AS, defisit neraca pembayaran minus 9,8 miliar dolar AS, deficit balance of payments minus 6,6 miliar dolar AS pada Q1-2013, dan defisit APBN plus utang Rp 2.100 triliun.

Menurut peserta Konvensi Capres Rakyat nomor urut 1 itu, pemimpin citra bukanlah solusi atas keterpurukan ekonomi dan permasalahan bangsa lainnya.

"Quatro-deficits tidak terjadi dalam satu dua hari. Karenanya pemimpin terpilih nanti harus merupakan bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," katanya

Masalah lain yang harus bisa diatasi presiden terpilih mendatang, kata Menteri Koordinator Perekonomian era Pemerintahan Abdurrahman Wahid ini, rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia yang saat ini terbelakang di antara lima negara ASEAN di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

"Ini tugas kita, bagaimana yang 80 persen ini bisa naik kelas, bisa merasakan kemerdekaan. Kita harus wujudkan, kita tidak punya pilihan, rakyat harus sejahtera," tegasnya.

Bagi Rizal Ramli, meningkatkan kesejahteraan rakyat bisa dicapai dengan cara menjalankan ekonomi Konstitusi secara utuh. "Laksanakan model pembangunan berbasis nasionalisme. Inilah yang harus kita ubah di 2014," ujarnya.

Dia menegaskan bahwa bantuan dari Bank Dunia, IMF dan sejenisnya hanya menghasilkan hidup bangsa ini pas-pasan, dan gap kaya miskin semakin lebar.

"Tidak benar sebuah negara bisa maju dengan utang asing. Jepang dan China contoh Negara yang bisa maju tidak dengan utang. Jepang butuh 30 tahun mengejar ketertinggalan dari Barat. Jepang tidak kaya sumber daya alam, tetapi mereka investasi meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dimulai dengan Restorasi Meiji. Generasi muda Jepang dipaksa pemimpinnya agar cerdas tetapi tetap memiliki nasionalisme," katanya.

"Sumber daya alam kita melimpah, kita bisa dalam waktu lima tahun," ujarya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014