"Wisatawan Australia ini mulai tergeser dari wisatawan yang selama ini fokus pada 3S (sun, sea and sand) ke wisatawan-wisatawan 3S berikutnya yakni serenity, spirituality and sustainability. Kita harus lebih banyak menawarkan kearifan lokal di sini," katanya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu .
Dia menyampaikan hal tersebut menjawab pertanyaan awak media yang menanyakan minimnya jumlah wisatawan Australia dibanding wisatawan mancanegara lainnya yang berkunjung ke Labuan Bajo.
Baca juga: Sandiaga target Oktober 2024 infrastruktur penunjang Parapuar rampung
Baca juga: Menparekraf upayakan penerbangan langsung tiga negara ke Labuan Bajo
"Setahu saya akan dibangun di Golo Mori dan ada tambahan beberapa spot yang sudah ditawarkan ke kami, tapi ini tentunya disesuaikan dengan permintaan dari para wisatawan, kalau kami memberikan arahan ini juga harus merangkul kearifan lokal, adat istiadat dan budaya lokal setempat," katanya.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini menjelaskan perilaku wisatawan Australia ke Labuan Bajo rata-rata menyempatkan waktu hingga dua pekan untuk bersantai.
Hal tersebut, kata dia, karena wisatawan merasakan kenyamanan dan kualitas pariwisata di Labuan Bajo.
Baca juga: Menparekraf tindak tegas wisman kerja di Indonesia gunakan visa turis
Baca juga: Menparekraf harap Pulau Flores jadi pusat wisata religi umat Katolik
Pewarta: Gecio Viana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024