Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono menyatakan, keputusan pemerintah untuk mendatangkan beras dari luar negeri disebabkan Bulog hanya mampu membeli gabah petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Jika Bulog membeli gabah dengan harga di atas HPP maka pemerintah harus melakukan subsidi untuk menambahi kekurangan tersebut, sementara hal itu dinilai menyalahi aturan perundang-undangan, kata Mentan, di Jakarta, Jumat.
"Uangnya dari mana menutupi kekurangan itu. Anggaran negara tidak bisa digunakan seenaknya, ada aturannya, seperti APBNP," katanya.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik harga gabah di tingkat petani untuk jenis Gabah Kering Giling (GKG) sebesar Rp2.394,42/kg dan untuk gabah kering panen (GKP) mencapai Rp2.163,31 masing-masing lebih tinggi dari HPP yang ditetapkan pemerintah Rp2.250/kg untuk GKG dan Rp1.730 (GKP).
Selain itu jika pemerintah harus melakukan subsidi untuk pembelian gabah petani maka hal itu akan merangsang harga semakin naik, sementara harga yang berlaku sekarang dinilai sudah pas baik bagi petani maupun konsumen beras.
Anton menyatakan, kalau Bulog bisa membeli gabah petani dengan harga sesuai HPP maka pengadaan untuk cadangan beras pemerintah akan diprioritaskan dari dalam negeri, terlebih lagi pelaksanaan impor tersebut dilakukan melalui tender terbuka.
Menanggapi kekhawatiran sejumlah kalangan terutama petani bahwa keputusan pemerintah mengimpor beras sebesar 210.000 ton akan menurunkan harga gabah di tingkat petani, Anton menegaskan hal itu tidak akan terjadi karena impor beras ini hanya untuk cadangan pemerintah yang disimpan pada gudang Bulog, bukan dilempar ke pasar.
"Karena itu kekhawatiran menurunkan harga di tingkat petani kecil kemungkinannya," katanya.
Mengenai kemungkinan pemerintah menaikkan HPP guna mengantisipasi anjloknya harga gabah petani akibat masuknya beras impor, dia menyatakan, tahun ini sudah pasti tidak akan naik karena harga sudah di atas HPP.
"Untuk tahun depan belum tahu, masih akan dilihat apakah harus ada penyesuaian," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006