Dilaporkan Agence France-Presse, para peneliti itu melakukan penyelidikan menggunakan tikus laboratorium.
Hasilnya, mereka menemukan hormon alami bernama pregnenolone yang tampaknya bisa menetralkan efek "teler" ganja.
Penelitian yang dipublikasikan dalam majalah Science itu menjelaskan bahwa awalnya pregnenolone dianggap sebagai "pelopor aktif dari semua hormon steroid."
Namun, dalam penelitian ini, "pregnenolone menghalangi perilaku dan efek yang ditimbulkan THC (bahan psikoaktif yang terkandung dalam ganja)."
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tersebut "dapat membawa pendekatan baru untuk mengobati keracunan dan kecanduan ganja, serta memungkinkan peneliti untuk memisahkan sifat ganja ketika menghalangi perilaku dan efek somatik."
Namun, Pier Vicenzo Piazza dari Institut Kesehatan dan Penelitian Medis Prancis mengatakan kepada AFP bahwa tikus dalam penelitian ini mengalami high (teler).
Mereka diberi 3 hingga 10 kali jumlah ganja dari pada Coloradan normal.
Dalam penemuan pregnenolone yang dapat menghambat efek high pada tikus, para peneliti mulai bereksperimen pada lini sel manusia.
Hasil yang diperoleh sama, dan langkah berikutnya adalah melakukan uji klinis dalam skala penuh.
Penerjemah:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014