Ketua Komite Konvensi Rakyat, KH Salahudin Wahid mengatakan, pemaparan visi misi para kandidat sebagai bentuk perkenalan kepada masyarakat bahwa ada calon presiden alternatif yang berasal dari rakyat dan dicintai masyarakat.
"Mereka kandidat pilihan rakyat dan dideklarasikan sebagai bakal capres alternatif hasil Konvensi Rakyat. Tujuannya, memunculkan kandidat alternatif dalam Pemilihan Presiden 2014," ujar Gus Solah, sapaan akrabnya, kepada wartawan di sela acara.
Adik kandung mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid tersebut mengatakan, nantinya debat terbuka seperti ini akan digelar di sejumlah daerah di Tanah Air. Pada edisi perdana ini, Surabaya menjadi kota pertama yang dipercaya.
Di samping itu, pihaknya berharap dengan munculnya tujuh bakal capres alternatif ini, masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dan menekan tingginya golput atau tidak memilih, dalam hari H pemungutan suara nantinya.
"Dengan munculnya kandidat ini, diharapkan partisipasi pemilih nantinya bisa melebihi angka di atas 50 persen karena lebih banyak pilihan," kata Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, tersebut.
Ketujuh kandidat bakal calon presiden konvensi rakyat adalah, Prof. Sofjan Siregar (Rektor Islamis University of Europe, Rotterdam, Belanda), DR Anni Iwasaki (WNI dan Aktifis Perempuan yang tinggal di Jepang), dan Ricky Sutanto (Pengusaha dan Aktifis Pemberdayaan Masyarakat).
Selanjutnya, Isran Noor (Bupati Kutai Timur), Tony Ardi (Mantan Aktifis), Rizal Ramli (Ahli Ekonomi serta Menko Perekonomian dan Menkeu era Presiden Gus Dur).
Satu lagi adalah Menkumham era Presiden Megawati Soekarnoputri dan sempat menjabat Mensesneg era Presiden SBY, sekaligus Politisi Partai Bulan Bintang, yakni Yusril Ihza Mahendra.
Sementara itu, salah satu kandidat Konvensi Rakyat, Prof. Sofjan Sauri Siregar mengakui konvensi ini digelar untuk mewadahi para tokoh-tokoh berkualitas, namun belum memiliki panggung politik karena mayoritas tidak terlibat di partai politik sebagai syarat mengikuti Pilpres mendatang.
"Lagipula, konvensi ini tentunya mendongkrak semangat rakyat untuk mengikuti Pemilu dan menekan tingkat rendahnya partisipasi masyarakat. Akhir-akhirnya, partai juga yang terbantu karena banyaknya pemilih," katanya.
Ia juga menyoroti satu hal yang terjadi di perpolitikan Indonesia saat ini, yang mana semua ketua partai politik berkesempatan besar dipilih menjadi kandidat.
Menurut dia, jika hal itu tetap berlaku maka buat apa ada Pemilu yang menghabiskan dana sangat banyak. Kalau begitu, lanjut Sofjan, diundi saja karena sudah tinggal formalitas.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014