Jakarta (ANTARA News) - Sejak awal diciptakan manusia suci jiwa dan raganya, kepolosan dan kesucian hatinya terlihat dalam tindakannya yang bebas dari segala kehendak atau kesengajaan untuk melakukan sesuatu. Keadaannya masih terjaga dalam kesucian dan selaras dengan diri sendiri dan alam. Hidupnya berada di dalam alam kebahagiaan dan kedamaian, yang dapat dirasakan olehnya di seluruh penjuru kehidupan. Alam keindahan ini kemudian berubah dengan tumbuhnya alam kehendak dari dalam diri manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya kehendak yang muncul dari dalam dirinya. Manusia menjadi berubah budi pekertinya dalam perbuatan juga keyakinannya. Perubahan ini menjadikan hati manusia menjauh dari keselarasan dengan dirinya sendiri, keyakinannya, Tuhannya, serta alamnya. Hilangnya keselarasan tersebut menyebabkan keadaan hidupnya menjadi kacau dan berantakan. Manusia mengalami penurunan kesadaran dan kualitas keimanan kepada Tuhannya. Kehidupan manusia menjadi bencana bagi dirinya sendiri dan alam semesta. Manusia sudah hilang jati dirinya, dan menjadi penyebab hancurnya tatanan kehidupan pribadi, sosial dan alam sekelilingnya. Hati nurani manusia sudah tidak suci lagi, dirusak oleh kemauan hawa nafsunya, pengingkaran terhadap rasa suci yang ada dalam dirinya, dan keserakahan yang merusak raganya. Manusia tanpa jati diri dapat dilihat melalui perilaku dalam kehidupannya, mereka menggunakan mulutnya untuk selalu melakukan pembohongan, mereka selalu mengingkari apa yang mereka rasakan. Demikian pula dengan penglihatan, mereka selalu menyalahgunakan penglihatannya melalui pengingkaran terhadap kenyataan yang dilihatnya. Mereka juga selalu menyalahgunakan pendengarannya, mereka melakukan pendengaran asal-asalan saja. Begitu pula dengan pembauannya, mereka selalu mengingkari pembauannya. Pengingkaran ini terus berlanjut sampai kehidupan mulia manusia sirna, berganti menjadi kehidupan manusia rendah. Kualitas manusia rendah ini terjadi dalam setiap lini kehidupan, baik kehidupan pribadi, kehidupan berkeluarga dan kehidupan bernegara. Perbuatan manusia rendah menjadikan manusia dan alam serta Tuhannya mengalami kehancuran. Maka terjadilah bencana dimana-mana, baik bencana yang ditimbulkan oleh alam, peperangan, perbudakan, penjajahan, serta pembodohan. Kehidupan manusia dalam segala bentuk hancur total. Bila kondisi manusia tetap seperti ini, maka 10 tahun yang akan datang kondisi manusia dan alam akan jauh lebih hancur dari sekarang. Kondisi kehidupan di alam ditentukan oleh siapa yang mengisinya, yaitu manusianya. Bila yang mengisinya manusia rendah, maka kualitas kehidupan yang ada di alam akan rendah pula, demikian pula apabila sebaliknya maka kualitas kehidupan keadaan akan menjadi jauh lebih baik. Bila kita semua ingin mengubah tatanan dan keadaan serta situasi kehidupan di dunia, maka kita harus berani mengadakan perubahan yang mendasar dari kualitas kesadaran manusia itu sendiri atau dengan kata lain kita harus mau melakukan revolusi terhadap hati nurani manusia terlebih dahulu, lalu alam akan mengikutinya. SIAPKAH ANDA UNTUK MEREVOLUSI HATI NURANI ANDA SENDIRI? Bila anda mau maka perubahan akan terjadi dengan dahsyat dalam waktu singkat. Perubahan harus dilakukan dari diri sendiri, kita harus menata hati nurani, keyakinan, pikiran, keimanan dan perbuatan. Kita harus punya kemauan serta gambaran perubahan itu sendiri dalam bentuk wujud nyatanya. Kita harus punya kuasa untuk mengubah dan maju ke arah yang diinginkan. Kita harus bangkitkan dan satukan rasa hidup kita dengan semua keadaan. Kita semua harus selalu menjaga keajegan dan kesatuan dalam setiap tindakan, ucapan, pembauan, pendengaran, penciuman dan pengucapan. Bila semuanya telah bisa diselaraskan dan diwujudkan dalam tindakan, maka keberadaan kita akan berubah, karena tindakan kita akan didasari oleh kesucian dan kesatuan kekuatan yang ada dalam diri. Maka kita akan memiliki kemampuan untuk mengatur kembali tatanan yang sudah ada agar menjadi lebih baik dan selaras dengan diri kita dan alam semesta. Kita akan memiliki kehidupan yang bahagia, dalam keselarasan dengan diri sendiri, keluarga dan negara bahkan juga dalam kehidupan internasional. Kebahagiaan ini akan segera terwujud bila manusia dapat merevolusi hati nuraninya, maka alam pun akan merevolusi keadaannya.(*) *)Penulis adalah pencetus Gerakan Revolusi Hati Nurani, sekaligus pendiri Yayasan Sirnagalih yang aktif membina peningkatan kualitas diri manusia.
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006