Dr. Irgan Rahman dari Pusat Kesehatan Universitas Rochestere mengatakan studi yang ia lakukan mengungkap bahwa rokok berakibat pada paru-paru dan fungsi neurofisiologis.
Ia dan rekan-rekannya menemukan bahwa rokok tembakau mengacaukan jam biologis pada paru-paru dengan peradangan dan menurunkan aktivitas otak.
Merokok jangka pendek pun menurunkan molekul yang dikenal dengan nama SIRTUIN1. Pengurangan ini mengubah tingkat protein yang mengatur jam biologis pada tikus. Pengurangan serupa terlihat pada jaringan paru-paru perokok.
Peneliti melakukan percobaan pada dua kelompok tikus yang ditempatkan di ruangan merokok. Satu kelompok ditempatkan pada ruangan yang hanya berisi udara bersih sedangkan kelompok satunya terkena rokok dalam jumlah yang berbeda setiap hari.
Peneliti menemukan tikus yang terpapar rokok lebih lambat daripada mereka yang tidak. Rahman menambahkan penelitian ini membuka jalan untuk pengobatan paru-paru dan otak bagi perokok yaitu dengan memperbaiki pola tidur mereka.
"Kami membayangkan temuan ini menjadi dasar pengembangan dalam pengobatan pasien yang menderita paparan asap rokok," kata Rahman seperti dikutip Daily Mail.
Peneliti melakukan percobaan pada dua kelompok tikus yang ditempatkan di ruangan merokok. Satu kelompok ditempatkan pada ruangan yang hanya berisi udara bersih sedangkan kelompok satunya terkena rokok dalam jumlah yang berbeda setiap hari.
Peneliti menemukan tikus yang terpapar rokok lebih lambat daripada mereka yang tidak. Rahman menambahkan penelitian ini membuka jalan untuk pengobatan paru-paru dan otak bagi perokok yaitu dengan memperbaiki pola tidur mereka.
"Kami membayangkan temuan ini menjadi dasar pengembangan dalam pengobatan pasien yang menderita paparan asap rokok," kata Rahman seperti dikutip Daily Mail.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014