Seoul (ANTARA) - Lebih dari 200 partisipan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bisnis China-Jepang-Korea Selatan (Korsel) kedelapan di Seoul pada Senin (27/5) memuji dimulainya kembali kerja sama ekonomi dan perdagangan trilateral dengan suntikan dorongan baru setelah sempat terhenti selama lebih dari empat tahun, menjanjikan serangkaian upaya untuk meningkatkan kerja sama antara komunitas bisnis.
Para tokoh bisnis dari China, Jepang, dan Korsel berkumpul di sela-sela pertemuan para pemimpin trilateral kesembilan yang digelar di Seoul pada Minggu (26/5) dan Senin usai sempat ditangguhkan karena pandemi COVID-19. Pertemuan para pemimpin tersebut terakhir dilangsungkan pada Desember 2019 di Kota Chengdu, China.
Komunitas bisnis di ketiga negara tetangga tersebut memuji terselenggaranya pertemuan para pemimpin trilateral dan hasil-hasilnya, menyuarakan dukungan terhadap kerja sama ekonomi trilateral, dan menjanjikan berbagai upaya untuk mewujudkan kerja sama yang lebih erat, antara lain dalam memfasilitasi transisi digital, menstimulasi perdagangan, menstabilkan rantai pasokan, transisi ramah lingkungan, respons terhadap penuaan populasi, serta layanan kesehatan.
Para pembicara tamu dari China, Jepang, dan Korsel dalam KTT tersebut berbagi pengetahuan mereka mengenai revitalisasi ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di tengah perubahan situasi regional dan internasional, menyoroti isu penuaan populasi sebagai tantangan sosial ekonomi bersama bagi ketiga negara itu dan menuntut kerja sama komunitas bisnis untuk respons yang proaktif.
Mengingat ketiga negara itu merupakan kekuatan manufaktur, beberapa pembicara menyerukan kolaborasi dalam mencari solusi bagi banyak masalah bersama terkait pengurangan emisi karbon, mengharapkan kerja sama di berbagai bidang termasuk pengembangan teknologi rendah karbon guna meraih hasil yang lebih besar.
Menyoroti meningkatnya ketidakpastian dalam lingkungan ekonomi global, sebuah pernyataan bersama yang ditandatangani dalam KTT tersebut mengumumkan pembentukan kelompok kerja untuk respons trilateral bersama serta koordinasi preventif mengenai isu-isu perdagangan, dengan harapan KTT bisnis dan kelompok kerja ini akan berperan sebagai katalis dan platform kerja sama.
KTT bisnis tersebut disponsori bersama oleh Kamar Dagang dan Industri Korea (Korea Chamber of Commerce and Industry/KCCI), Dewan Promosi Perdagangan Internasional China (China Council for the Promotion of International Trade/CCPIT), dan Federasi Bisnis Jepang, yang lebih dikenal dengan nama Keidanren.
Dalam pidato pembukaannya, Chairman KCCI Chey Tae-won menyerukan upaya dan respons bersama terhadap meningkatnya tantangan bersama yang dihadapi komunitas bisnis di ketiga negara tersebut, serta pendekatan kerja sama bertahap yang dibangun berdasarkan pengalaman dari proyek-proyek kecil.
Chairman Keidanren Masakazu Tokura dalam pidatonya menekankan perlunya meningkatkan pertukaran personel untuk memungkinkan komunikasi yang lebih erat dan pemahaman yang lebih baik demi kepentingan mendorong kerja sama antara komunitas bisnis.
Berbicara dalam upacara pembukaan, Ren Hongbin, kepala CCPIT, mendesak komunitas bisnis untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, mulai dari ekonomi digital, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) hingga energi hijau dan layanan kesehatan, meningkatkan investasi, serta membangun rantai industri dan pasokan yang saling menguntungkan dengan hasil win-win.
Sementara itu, Ren mengundang perusahaan-perusahaan Jepang dan Korsel untuk berpartisipasi dalam Pameran Rantai Pasokan Internasional China (China International Supply Chain Expo/CISCE) kedua yang dijadwalkan akan digelar pada November mendatang di Beijing.
Tiga perekonomian besar di dunia, yakni China, Jepang, dan Korsel meluncurkan kerja sama trilateral mereka 25 tahun silam setelah krisis keuangan Asia. KTT bisnis trilateral diresmikan pada 2009 dalam pertemuan para pemimpin kedua di Beijing.
Pada Senin, para perwakilan komunitas bisnis dari ketiga negara tersebut menyambut baik dimulainya kembali kerja sama di bawah kerangka trilateral.
Choi Jun-ho, wakil chairman grup fesyen Korsel Hyungji, yang mengelola bisnis di China dan Jepang, mengatakan, "Ekosistem ekonomi di ketiga negara akan memfasilitasi operasi bisnis kami, khususnya dalam hal bea cukai dan perpajakan."
"Meski ada suara-suara yang tidak harmonis karena beberapa alasan politik, saya yakin ketiga negara akan mampu bersatu untuk bekerja sama guna mencapai pertumbuhan yang lebih besar," ujarnya.
Sementara itu, Choi menyuarakan keyakinannya terhadap prospek ekonomi China, seraya menambahkan bahwa Hyungji, yang memiliki bisnis ekspor seragam sekolah di Shanghai, akan berinvestasi lebih lanjut dan memfokuskan upaya pada perluasan pasar di China.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024