Beijing (ANTARA News) - Kekeringan terburuk yang melanda Cina baratdaya dalam lebih satu abad meluas ke propinsi-propinsi tetangga dengan temperatur mencapai rekor tinggi, kata media pemerintah, Jumat. Kotapraja yang padat penduduk, Chongqing dan bagian-bagian propinsi Sichuan dilanda gelombang panas berulangkali dan tidak ada hujan turun sejak awal Juli. Masa kekeringan adalah terburuk sejak tahun 1891 di mana catatan-catatan meteorologi dimulai di Chongqing, kini berpenduduk 30 juta jiwa, dan menyebabkan kerugian ekonomi senilai 6,5 miliar yuan (817 juta dolar AS) , kata kantor berita Xinhua. Cuaca panas dan kekeringan juga melanda propinsi tetangga Guizhou , propinsi-propinsi timur Zhejiang, Anhui dan Jiangzi, dan propinsi-propinsi tengah Hunan dan Hubei, kata Xinhua. Temperatur meningkat sampai 42,4 drajat Celsiun tercatat di Chungqing , Kamis, setelah mencapai 43,4 drajat, Rabu. Kota Congqing, pusat industri kotapraja yang berpendudu 12 juta jiwa , dilaporkan temperatur tercatat 44,5 Celsius 16 Agustus. Sekitar 18 juta orang kekurangan air minum dan 11 juta hektar tanaman, sebagian besar padi, jagung dan tembakau hancus atau rusak, kata Xinhua . "Kekeringan jarang terjadi selama musim itu di waktu lalu, meluas dan menimbulkan kerusakan besar," kata Xinhua mengutip seorang pejabat penanggulangan kekeringan, Er Jingping. Tidak ada korban tewas dilaporkan. Lebih dari 4.000 orang berusaha mengatasi kebakaran hutan sejak Rabu di utara Chongqing, yang melaporkan 97 kebakaran hutan Agustus, kata Xinhua. Dampaknya luas. Produksi panen menurun dan harga sayuran meningkat. Tapi jutaan siswa dan guru tapaknya mulai menutup sekolah pada gelombang panas terakhir yang diperkirakan akan berlangsung paling tidak sampai Senin. Pihak berwenang berhasil mencegah para petani bentrok menyankut air maupun air minum dan irigasi, kata Xinhua. Sejumlah pedagang batu bara, yang berusaha mengambil keuntungan dari bencana itu, menjual batu bara ke pusat listrik karena harganya naik. "Generator-generator rusak parah dan operasinya terhenti, yang semakin memperburuk pasokan listrik," kata Xinhua mengutip seorang pejabat lokal. Wilayah timur dan tenggara Cina sering dilanda topan dan banjir musim panas ini, menewaskan lebih dari 1.000 orang, Reuters melaporkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006