Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pelaksaan impor beras untuk mencukupi stok pangan nasional akan dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan cara tender terbuka. "Nanti akan dilakukan oleh Bulog dengan melalui tender terbuka. Jadi siapapun bisa melakukan (impor)" kata Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan, di Jakarta, Jumat. Menurut Wapres, keputusan pemerintah untuk mengimpor beras sebesar 210 ribu ton dilakukan dengan dua alasan. Pertama, untuk menjaga stok pangan nasional sebesar satu juta ton, dan kedua menjaga stabilitas harga beras dalam negeri. "Untuk harga beras kualitas medium berkisar antara Rp4.000 sampai dengan Rp4.100, seperti sekarang ini agar konsumen jangan kesulitan atau kata teknisnya tidak meningkatkan inflasi," kata Wapres. Untuk menjaga kedua hal, tambahnya, hanya ada satu cara, yakni memperbesar suplai. Namun karena panen besar di Indonesia saat ini sudah berakhir maka diputuskan untuk impor. Menurut Wapres, impor beras juga dilakukan agar tidak merusak harga beras dalam negeri. Dalam pandangan Wapres, jika pembelian beras dilakukan dalam negeri, maka justru akan menaikan harga beras sehingga dampaknya justru akan mempersulit masyarakat. "Kalau kita beli dalam negeri, maka harga akan naik dan itu akan mempersulit masyarakat kaerena itu jangan dibeli dalam negeri biara dalam negeri dengan harga biasa. Jadi Bulog biar membeli dari luar," kata Wapres. Selama ini stok Bulog menurun drastis karena pemerintah telah memutuskan untuk memberikan beras gratis kepada para korban bencara di beberapa daerah di Indonesia. Untuk keperluan memasok daerah bencana tersebut sedikitnya telah menghabiskan sekitar 100 ribu ton. Menteri Pertanian Anton Apriantono mengemukakan pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras sebesar 210.000 ton. Keputusan impor beras tersebut diharapkan tidak akan menurunkan harga beras di tingkat petani. Impor beras tersebut hanya akan digunakan untuk cadangan pemerintah dan disimpan pada gudang Bulog, bukan ke pasar, katanya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras pada 1998 mencapai 2,895 juta ton, tahun 1999 sebesar 4,751 juta ton, tahun 2000 sebesar 1,355 juta ton, tahun 2001 sebesar 644.000 ton, 2002 sebesar 1,8 juta ton, 2003 sebesar 1,428 juta ton, 2004 sebesar 236,87 ribu ton, dan 2005 sebesar 173,57 ribu ton. Disisi lain juga ada ekspor yang dilakukan Indonesia pada tahun 2005 sebesar 45.000 ton. (*)
Copyright © ANTARA 2006