Tasikmalaya (ANTARA) - Kepolisian Resor Tasikmalaya menciduk dua penjual satwa dilindungi undang-undang jenis kancil di wilayah Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk menjalani proses hukum lebih lanjut terkait kegiatannya jual beli kancil melalui media sosial.

"Kami amankan dua tersangka kasus perdagangan satwa langka," kata Kepala Satuan Reskrim Polres Tasikmalaya AKP Ridwan Budiarta kepada wartawan di Tasikmalaya, Senin.

Ia menuturkan pengungkapan kasus itu berawal dari laporan masyarakat, kemudian polisi melakukan penyelidikan dan menggerebek tempat disimpannya kancil di Jatiwaras, Tasikmalaya, Minggu (26/5).

Polisi menetapkan penjual sebagai tersangka penjualan satwa dilindungi yakni inisial MI dan Y yang saat ini sudah ditahan, berikut menyita barang bukti sebanyak 22 kancil.

"Dalam pengungkapan ini kami berhasil mengamankan 22 ekor kancil yang hendak diperjualbelikan, kancil ini disimpan dalam boks plastik," kata Ridwan.

Ia mengatakan satwa kancil itu sudah siap dijual yang lengkap dengan kandang plastik berikut terdapat pakannya.

Kedua tersangka itu, kata dia, sudah memperdagangkan kancil selama sembilan bulan yang didapat dari hasil berburu, maupun membeli dari pemburu, bahkan ada juga dari hasil ternak.

"Dia beli kancil dari pemburu liar, terus juga kadang berburu, dan dia juga ternak kancil sampai ada anaknya," katanya.

Ia menyampaikan seluruh barang bukti satwa itu selanjutnya diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk dilakukan perawatan agar tetap hidup.

"BKSDA ini mengetahui lokasi dan cara untuk merawat kancil tersebut," katanya.

Tersangka saat ini ditahan untuk menjalani proses hukum lebih lanjut dan dijerat Pasal 40 Ayat 2 Jo Pasal 21 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman lima tahun penjara dan denda Rp100 juta.

Baca juga: Polisi Garut ciduk penjual satwa dilindungi melalui medsos

Baca juga: Polda Sumut tangkap dua pelaku diduga penjual kulit harimau

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024