Kupang (ANTARA News) - Orientasi politik Australia dengan mengirim pasukan sebanyak-banyaknya ke Timor Leste pasca kerusuhan Mei 2006 hanya berupaya untuk menguasai minyak dan gas bumi (Migas) di Laut Timor. "Wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu diperkirakan akan dikelola Australia seperti di Kepulauan Salomon dengan konsentrasi utamanya pada migas," kata Direktur Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), Ferdi Tanoni, di Kupang, Jumat. Dalam kasus Kepulauan Salomon, kata dia, Australia malah membentuk pemerintahan boneka, meski tidak disetujui oleh PBB dan negeri Kanguru itu malah tidak mau meninggalkan negara kepulauan di Pasific Selatan itu. "Mungkin juga Timor Leste akan mengalami nasib yang sama seperti Kepulauan Salomon," katanya dengan melihat kepentingan Australia yang lebih besar di Laut Timor. Tanoni mengatakan Australia memiliki kepentingan yang cukup besar atas Laut Timor setelah Timor Leste menyatakan berpisah dari NKRI melalui referendum pada 30 Agustus 1999. Jauh sebelumnya pada awal 1970-an, kata Ketua Pokja Celah Timor itu, Australia sudah berhasil menekan Indonesia untuk menguasai sekitar 85 persen wilayah perairan di Laut Timor. Setelah wilayah itu menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat, tambahnya, Australia kembali menekan pemerintahan di wilayah bekas koloni Portugis itu agar selama 50 tahun tidak boleh menggunakan UNCLOS 1982 dalam menetapkan batas maritim kedua negara secara permanen di Laut Timor. "Ini bukan isu tetapi fakta karena sudah dituangkan secara resmi dalam perjanjian kedua negara itu soal penetapan batas maritim," ujarnya. Ketika Timor Leste mengalami gejolak sosial pada Mei 2006, Australia malah berinisiatif mengirim pasukannya dalam jumlah besar ke negerinya Xanana Gusmao itu. "Indikasi-indikasi ini menunjukkan bahwa Australia memiliki kepentingan yang sangat besar atas Timor Leste untuk menguasai migas di Laut Timor yang sudah dieksploitasi itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006