Surabaya (ANTARA News) - Yuli Eko Hartanto (29), salah satu korban letusan di pusat semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc, Jumat dini hari sekitar pukul 00.45 WIB meninggal dunia, setelah sempat mendapat perawatan intensif di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Ketua Forum Pers RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Urip Murtedjo, SpB, yang dihubungi ANTARA mengatakan korban meninggal akibat kegagalan fungsi multiorgan tubuhnya, setelah luka parah yang dialami pada kecelakaan tersebut.
"Jenazahnya sudah diambil keluarga dan dibawa ke Sarangan (Magetan) pagi tadi," ungkapnya.
Korban yang Operator Escavator tidak sadarkan diri sejak dirujuk dari RSU Sidoarjo ke RSUD Dr Soetomo pada Sabtu (26/8) dini hari, dan sempat menjalani operasi pada bagian tulang panggulnya yang luka parah.
Sampai menghembuskan nafas terakhir, Yuli Eko Hartanto yang menjadi korban letusan bersama Prada Erfan Felani, anggota Yon Zipur 5/Kepanjen Malang, dirawat di Ruang Observasi Intensif (ROI) Instalasi Rawat Darurat rumah sakit terbesar di kawasan timur Indonesia itu.
Pihak Lapindo Brantas Inc sempat berencana merujuk Yuli Eko Hartanto ke rumah sakit di Singapura untuk menjalani pengobatan. "Itu semua baru sebatas wacana yang dilontarkan pihak Lapindo," kata Urip Murtedjo.
Sebelumnya, tim medis RSUD Dr Soetomo Surabaya mengungkapkan kondisi Yuli Eko sangat kritis dan belum dipastikan sampai kapan masa kritis itu terlewati.
"Luka-lukanya sangat serius. Kalau korban bisa melewati masa kritis, kondisinya akan bisa pulih," ucap Urip Murtedjo.
Bupati Sidoarjo, Drs Win Hendrarso MSi, didampingi pejabat Lapindo Brantas, Senin (28/8) lalu, menyempatkan diri menjenguk Yuli Eko dan menyerahkan santunan kepada orang tua korban.
Vice President Human Resources & Administration Lapindo Brantas Inc yang bertindak sebagai Kepala Divis Humas, Yuniwati Teryana, yang dihubungi terpisah menyatakan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Yuli Eko Hartanto.
"Sejak awal terjadinya peristiwa itu, tim medis Lapindo dan RSUD Dr Soetomo telah melakukan pertolongan maksimal. Namun takdir menentukan lain," tuturnya.
Ia mengemukakan semua biaya perawatan dan pemakaman (uang duka), termasuk santunan ditanggung sepenuhnya oleh Lapindo Brantas.
Sebagai informasi, almarhum bukan karyawan Lapindo Brantas, melainkan karyawan subkontraktor jasa alat-alat berat yang disewa untuk penanganan lumpur panas, ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006