Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bensin yang mengalami kenaikan harga pada pertengahan tahun, menjadi salah satu komoditas penyumbang terbesar laju inflasi nasional 2013 sebesar 8,38 persen.
"Jenis barang dan jasa yang dominan memberikan sumbangan inflasi selama 2013 antara lain bensin 1,17 persen, diikuti tarif angkutan dalam kota 0,75 persen, serta bawang merah dan tarif listrik masing-masing 0,38 persen," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Kamis.
Suryamin menambahkan komoditas lainnya adalah cabai merah 0,31 persen, ikan segar 0,3 persen, beras, nasi dengan lauk dan tarif sewa rumah masing-masing 0,2 persen, tarif angkutan udara 0,18 persen dan upah tukang bukan mandor serta bahan bakar rumah tangga masing-masing 0,16 persen.
"Terlihat kenaikan harga bahan bakar minyak pada pertengahan tahun berpengaruh pada keseluruhan inflasi secara nasional, dan hal tersebut berdampak juga pada kenaikan harga komoditas dan jasa lainnya," katanya.
Pada inflasi nasional 2012 yang tercatat sebesar 4,3 persen, komoditas yang dominan penyumbang inflasi adalah beras 0,3 persen, diikuti ikan segar 0,22 persen, emas perhiasan 0,2 persen, rokok kretek filter dan tarif angkutan udara masing-masing 0,19 persen.
Namun, berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan menyumbang andil terbesar selama 2013 dengan inflasi 2,75 persen, diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 2,36 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,48 persen.
Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,34 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,26 persen, kelompok kesehatan 0,15 persen dan kelompok sandang 0,04 persen.
Secara keseluruhan, inflasi tertinggi pada 2013 terjadi pada Juli yaitu sebesar 3,29 persen, atau sebulan setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, dengan komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah bensin, tarif angkutan dalam kota dan bawang merah.
Sementara, deflasi tertinggi pada 2013 terjadi pada September yaitu sebesar 0,35 persen, dengan komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah bawang merah, tarif angkutan antarkota, cabai rawit, telur ayam ras dan tarif angkutan udara.
Laju inflasi keseluruhan tahun 2013 relatif tinggi, dibandingkan asumsi dalam APBN-Perubahan sebesar 7,2 persen dan laju inflasi 2012 yang hanya tercatat 4,3 persen, karena terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi pada pertengahan tahun.
Pemerintah bahkan pernah memperkirakan laju inflasi pada akhir tahun 2013 mencapai 9,2 persen (yoy) dan Bank Indonesia memprediksi pada kisaran 9,0 persen-9,8 persen (yoy), dengan asumsi dampak langsung kenaikan harga BBM terjadi lebih dari tiga bulan.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014