Islamabad (ANTARA News) - Mantan penguasa militer Pakistan Pervez Musharraf dijadwalkan menjalani sidang di pengadilan dengan tuduhan pengkhianatan pada Rabu, sepekan setelah kasus itu ditunda karena kekhawatiran akan ada aksi peledakan bom.
Dakwaan terhadap mantan pemimpin militer berusia 70 tahun itu terkait dengan pemberlakukan keadaan darurat pada masa pemerintahannya pada November 2007, namun ia dan tim hukumnya telah menolak tuduhan yang disebut bermotif politik itu.
Jika terbukti bersalah maka hukuman mati atau penjara seumur hidup bisa dijatuhkan kepada Musharraf, yang menghadapi serangkaian tuduhan kejahatan sejak kembali dari pengasingan pada Maret 2013.
Musharraf pada Minggu mengecam kasus pengkhianatan itu sebagai "pembalasan dendam" terhadap dirinya dan mengklaim dia mendapat dukungan dari militer .
"Saya katakan bahwa seluruh tentara marah. Saya telah memimpin tentara dari garis depan," katanya kepada wartawan di rumahnya di pinggir Islamabad.
"Saya tidak ragu dengan umpan balik yang saya terima bahwa seluruh tentara ... benar-benar mendukung saya dalam masalah ini," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.
Belum ada pernyataan ke publik tentang kasus itu dari pihak tentara, tetapi beberapa pengamat mengatakan mereka enggan melihat mantan pimpinan mereka mengalami penghinaan di pengadilan sipil.
Taliban telah membuat ancaman berulang untuk membunuh orang yang memimpin aliansi Pakistan dengan "perang melawan teror" Washington dan keamanan untuk sidang itu di Islamabad akan diperketat.
Kasus pengkhianatan itu merupakan kasus terbaru dari serangkaian kasus pidana yang dihadapi oleh Musharraf sejak ia kembali ke Pakistan dalam upayanya --yang telah digagalkan-- untuk kembali mencalonkan diri pada pemilihan umum bulan Mei.
Tuntutan itu termasuk tuduhan pembunuhan dalam kasus tewasnya mantan perdana menteri Benazir Bhutto pada akhir 2007.
Sidang kasus pengkhianatan itu akan dimulai pada 24 Desember tahun lalu tetapi harus ditunda setelah polisi menemukan bahan peledak dan pemicu pada rute yang akan dilalui Musharraf ke pengadilan.
Aksi yang mencemaskan kembali terjadi pada Senin ketika lebih banyak bahan peledak ditemukan di jalan yang sama.Tidak jelas siapa yang meninggalkan bahan peledak itu.
Pengacara mantan komandan itu telah menolak tuduhan itu dan menganggapnya sebagai upaya pemerintah Perdana Menteri Nawaz Sharif, yang digulingkan dalam kudeta Musharraf pada 1999, untuk menyelesaikan dendam lama melalui pengadilan.
Mereka telah mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa untuk campur tangan dalam apa yang mereka sebut sebagai "tahap pengaturan pertunjukan persidangan" dan telah meminta London dan Washington untuk "membayar utang mereka" karena mendukung Musharraf setelah serangan 9/11 .
(Uu.G003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014