Dan ini sifatnya universal, tidak hanya cocok dikonsumsi oleh umat beragama Buddha
Surabaya (ANTARA) - Young Buddhist Association (YBA) Indonesia memutar film berjudul Hakiki, Life as a Buddhist Monk yang diproduseri langsung oleh Bhante Jayamedho Thera dan disutradarai oleh Ivander Adyta Tjandra dalam Vesak Festival Surabaya 2024.
"Pemutaran film ini sangat luar biasa. Kami berharap dapat menginspirasi seluruh pengunjung yang ikut menyaksikan penayangan perdana film ini," kata Produser Film Hakiki yang sekaligus Dewan Pelindung YBA Indonesia, Bhante Jayamedho Thera, dalam keterangannya di Surabaya, Jumat.
Pemutaran film Hakiki di Vesak Festival Surabaya ini merupakan pemutaran film Hakiki perdana di Indonesia, setelah sebelumnya film ini sudah pernah diputar di New Zealand.
Ia menjelaskan, pembuatan film ini melalui proses yang sangat luar biasa di mana awalnya membuat skrip yang diperiksa oleh sejumlah Bhante, sehingga pembuatan skripnya itu tidak asal karena melalui beberapa koreksi.
"Setelah skripnya disetujui, baru setelah itu kita carikan siapa bintang filmnya. Akhirnya, ditetapkan sejumlah Bhante yang tampil dalam film tersebut," katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa pertama kali film ini diputar di New Zealand, sehingga awalnya film ini bahasa Inggris. Lalu, di Indonesia baru pertama kali diputar di kegiatan Vesak Festival Surabaya 2024 ini.
"Setelah kita berdiskusi panjang lebar, judul film ini kita beri judul Hakiki. Apa itu Hakiki? Dalam bahasa Arab artinya hakekat, dan dalam bahasa Inggris the real life. Semoga film ini bermanfaat bagi semuanya," katanya.
Meskipun latar belakang film ini terinspirasi dari para Bhikku Buddhis, namun sebetulnya film Hakiki ini mau menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang sebenarnya harus seperti apa.
"Dan ini sifatnya universal, tidak hanya cocok dikonsumsi oleh umat beragama Buddha, namun bisa dikonsumsi juga oleh seluruh umat, termasuk non-Buddhis," katanya.
Ada dari muslim yang paling banyak membantu pembuatan film tersebut. Ada pula dari Kristiani yang menggawangi musik komposernya film tersebut.
"Mungkin yang Buddhist hanya saya waktu itu. Jadi, film ini dibuat universal sekali," katanya.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024