banyak meminta petunjuk dari dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej yang lebih ahli dalam bidang teknologi tepat gunanya

Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember (Unej) Didik Suharijadi mengenalkan terobosan dalam pemanfaatan lingkungan yakni beternak lele dengan alat serba otomatis.

"Ide ini datang seorang dosen senior Program Studi Sastra Indonesia yang memiliki inisiatif memanfaatkan gentong bekas properti taman yang tidak dipakai untuk budidaya ikan," kata Didik Suharijadi dalam keterangan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat.

Menurutnya, ide tersebut berhasil dan gentong dimanfaatkan menjadi wadah ternak lele dengan sistem alat serba otomatis untuk pemberian pakan dan penggantian air.

"Panen pertama membuat para dosen lebih semangat, kemudian mulai terpikir menambahkan otomatisasi penggantian air dan pemberian pakan, agar pada hari libur pemberian pakan dan penggantian air tetap berjalan," tuturnya.

Didik mengatakan awalnya ia mempunyai program menumbuhkan budaya inovatif dan pihaknya punya perangkat bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan para ahli bidang lain.

"Di Unej itu kan banyak ahli, tinggal bagaimana kreatif memanfaatkan teknologi yang berlimpah itu. Nah mahasiswa juga dapat mempelajarinya, dari praktisnya maupun korpus istilahnya," katanya.

Baca juga: Unej gandeng UMKM dan mahasiswa jajaki pasar internasional

Dalam proyek inovatif itu, Didik menerapkan teknologi otomasi untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi budidaya lele dan dalam penerapan teknologi itu banyak meminta petunjuk dari dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej yang lebih ahli dalam bidang teknologi tepat gunanya.

"Kebetulan dengan menggunakan alat sederhana dapat mengajari mahasiswa untuk belajar bagaimana menggunakan alat sederhana sehingga menjadi sebuah kreativitas yang bernilai tinggi," katanya.

Ia menjelaskan ternak ikan lele itu sudah berjalan kurang lebih tujuh bulan dan telah dua periode panen yang mana setiap satu kali panennya setelah tiga setengah bulan.

"Jadi satu periode tanam benih butuh tiga setengah bulan. Di bulan ketiga sudah mulai menyicil panen, karena pertumbuhan ikannya tidak selalu sama," ujarnya.

Ia menjelaskan sistem otomatisasi pakan memberikan pakan sebanyak tiga kali dalam sehari sehingga tidak menyebabkan ikan kanibal karena selalu kenyang. Pemberian pakan diatur menggunakan timer pada pukul 07.00 WIB, pukul 15.00 WIB dan pukul 01.00 WIB.

Selain itu, terdapat beberapa alat yang digunakan dalam ternak ikan lele seperti gentong, panel surya, timer, baterai, besi bekas dan wadah untuk pakan yang diambil dari beberapa wadah bekas kemasan makanan.

“Melalui pemanfaatan lingkungan, ternak lele itu dapat memberikan beberapa manfaat, salah satunya membiasakan mahasiswa untuk berkomunikasi, mengasah keterampilan menggunakan bahasa untuk mengemas berbagai pengetahuan dari berbagai ahli bidang lain untuk turut melancarkan penyebaran teknologi tepat guna, sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Dengan ternak itu diharapkan tidak hanya menghasilkan panen ikan lele saja, tetapi juga dapat menjadi objek akademik bagi para mahasiswa berbagai disiplin ilmu.

'Silakan mahasiswa sastra mempelajari peristilahannya, mahasiswa teknik memberi masukan penyempurnaan otomasinya, mahasiswa peternakan mengkaji efisiensinya, mahasiswa sosial ekonomi mengaji peluangnya sebagai ikhtiar ekonomi masyarakat urban," katanya.

Baca juga: Sejumlah pakar sebut bioteknologi jadi solusi pertanian Indonesia

Baca juga: Kemenko Perekonomian beri penghargaan Universitas Jember

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024