Seorang pria yang cedera ketika seorang pembom meledakkan bom di stasiun kereta api di kota pada Ahad meninggal Senin malam. Jumlah korban meninggal dalam serangan itu bertambah menjadi 18 orang.
Para penyelidik mengatakan 14 orang meninggal dalam satu pemboman bus Senin tetapi para pejabat kesehatan menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 16 orang.
Sejauh ini belum ada indikasi di antara mereka yang ditangkap terkait dengan serangan-serangan.
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan-ledakan tersebut tetapi mereka menggarisbawahi kerentanan atas ledakan-ledakan dan menaikkan ketakutan atas serangan-serangan oleh kelompok militan yang para pemimpinnya menyerukan pengikutnya untuk mencegah Rusia menjadi tuan rumah olimpiade itu pada Februari.
Para pelayat meletakkan bunga-bunga di tempat pemboman bunuh diri yang menyebabkan bus tercabik-cabik.
"Saya takut," kata Tatyana Volchanskaya, seorang mahasiswa di Volgograd, 700 kilometer sebelah baratlaut Sochi, kawasan wisata Laut Hitam lokasi Olimpiade Musim Dingin yang akan dimulai 7 Februari.
Menurut dia, teman-temannya takut pergi berbelanja dan ke tempat-tempat keramaian.
Serangan-serangan tersebut menjadi tantangan bagi Presiden Vladimir Putin, yang memberlakukan perang melawan pemberontak Chechnya sejak satu dekade lalu tapi belum mampu membasminya.
Volgograd - dulu bernama Stalingrad - adalah kota yang berpenduduk 1 juta orang dan pusat yang menghubungkan bagian selatan Rusia yang mencakup Chechnya dan provinsi-provinsi berpenduduk mayoritas Muslim dari Kaukasus Utara, yang kekerasan hampir tiap hari terjadi.
Putin mempertaruhkan prestisenya untuk menyelenggarakan olimpaide di Sochi.
Dia memerintahkan keamanan ditingkatkan di seluruh negeri setelah serangan-serangan mematikan tersebut di luar Kaukasus Utara sejak satu pembom bunuh diri dari satu provinsi dekat Chechnya membunuh 37 orang di satu bandara Moskow pada Januari 2011.
Sekitar 5.200 personel polisi dan tentara dalam negeri dikerahkan di Volgograd untuk melakukan operasi antiteror, kata ketua markas darurat Andrei Pilipchuk, di televisi negara.
Dia mengatakan 87 orang telah ditahan setelah mereka melawan atau tidak menunjukkan kartu tanda pengenal dan dokumen pendaftaran, dan sejumlah orang membawa senjata.
TV negera memperlihatkan para petugas berhelm mendorong pria-pria menghadap dinding tapi tak ada tanda siapa di antara mereka yang terkait dengan pemboman atau tersangka yang merencanakan serangan-serangan baru, demikian Reuters melaporkan.
(SYS/M016)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013