"Kita tinggal di Indonesia, di sini banyak agama dan aliran kepercayaan, tentu harus rukun. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya saling membenci dan memusuhi satu dengan lainnya," kata Hudy ditemui setelah pelaksanaan prosesi ibadah di Vihara BDC Surabaya, Jalan Raya Panjang Jiwo Permai, Surabaya, Kamis.
Hudy menyatakan semangat menjaga kerukunan antar umat beragama selaras dengan tema Waisak tahun ini, yakni "Keharmonisan Merupakan Pedoman Hidup Berdampingan Dalam Berbangsa".
Baca juga: Umat Buddha Jakarta kunjungi wihara tertua untuk rayakan Waisak
Baca juga: Okupansi hotel di Kota Batu baru 60 persen saat libur Waisak
"Semoga Indonesia semakin maju menyongsong masa depan, jaya dan makmur menuju kegemilangan," ujarnya.
Sementara, perayaan ibadah Hari Raya Waisak 2568 BE di Vihara BCD Kota Surabaya yang dipimpin oleh Y.A Viriyanadi Mahathera diikuti oleh sekitar 500 umat Buddha.
Ibadah pun berjalan khidmat, para umat mengikut rangkaian prosesi acara, mulai memandikan rupang Buddha hingga memberikan persembahan berupa lilin, dupa, bunga, buah, dan air.
"Itu melambangkan sifat-sifat pada manusia," ucapnya.
Perayaan hari raya umat Buddha di Vihara BDC tahun berlanjut hingga pukul 20.54 WIB. Para umat melaksanakan prosesi detik-detik Waisak.
"Kalau tahun lalu siang, setiap tahun berbeda karena ada hitungannya," tuturnya.
Dia menjelaskan saat pelaksanaan detik-detik Waisak para umat Buddha melakukan perenungan agar bisa lebih memahami tujuan hidup sebagai seorang manusia.
"Kami duduk tenang, kalau zaman dulu semedi atau meditasi, apa yang kami perbuat itu direnungkan, itu saja," kata dia.
Selain itu, Hudy juga menyebut bahwa setelah seluruh agenda ibadah usai, para umat juga turut merayakan peringatan 16 tahun berdirinya Vihara BDC yang dilaksanakan secara sederhana.
Baca juga: Kunjungan wisatawan ke Kota Batu mulai naik saat libur Waisak
Baca juga: Hari Raya Waisak, 90 personel polisi amankan 14 vihara di Jakbar
Pewarta: Willi Irawan/Ananto Pradana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024